Saat itu Intan masih menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pekanbaru. Intan bercerita, saat mengetahui adanya benjolan, ia langsung memeriksa benjolan tersebut ke rumah sakit. Setelah dibiopsi, hasil diagnosis awal dikatakan bahwa Intan mengidap TBC.
"Karena waktu itu kita percaya aja kan rumah sakit besar, dokter juga sudah pengalaman jadi kita percaya. Terus minum obat. Sebulan kemudian, dia suruh aku biopsi lagi untuk kedua kali di rumah sakit yang sama dengan dokter yang beda, masih diagnosis yang sama katanya TBC," kenang Intan.
Setelah 8 bulan mengonsumsi obat TBC, benjolan di leher Intan semakin membesar dan parah. Hal ini membuatnya sulit untuk bernapas.
"Aku dari kecil emang sudah aktif banget banyak kegiatan di sekolah, pas benjolan ini makin gede aku jalan kaki 10 meter aja udah engap," cerita Intan.
Karena kondisi yang semakin parah, Intan melakukan pengecekan lagi ke rumah sakit dan diketahui bahwa sudah terdapat cairan di paru-paru. Benjolan yang semakin besar akhirnya harus dioperasi.
"Bangun-bangun aku di ICU sudah pasang ventilator dan sempat koma beberapa menit juga 2 kali sebelum itu. Itu bentukannya udah parah banget, orang-orang kira aku bakal meninggal," ujarnya.
Selama 10 hari di ICU, dokter masih memberikan obat TBC untuk Intan. Karena kondisinya yang tidak kian membaik, orangtua Intan meminta rumah sakit memberikan rujukan ke rumah sakit lain.
"Akhirnya aku diberi rujukan ke rumah sakit persahabatan di Jakarta diterbangkan pakai pesawat evakuasi," cerita perempuan yang ingin melanjutkan studi S2 ini.
Setelah melakukan pengecekan ulang, ternyata Intan terkena kanker kelenjar getah bening jenis limfoma Hodgkin dan sudah stadium 4.
"Sebenarnya pas awal tahun 2012 pas benjolan itu baru muncul mungkin itu baru stadium 1, cuma karena di awal 2013 baru ketauan jadi sudah stadium 4," pungkasnya.
Setelah menjalani 26 kali kemoterapi, 70 kali radiasi, dan 5 kali operasi termasuk bedah saraf tulang belakang, pasang kateter di paru-paru, dan pasang chemoport, kini Intan dinyatakan sembuh dari kanker Limfoma Juli 2019 lalu.
Simak Video "Obat Kanker Limfoma Buatan Indonesia Kantongi Izin Edar BPOM"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)