Menurut laporan studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine, sekitar tiga minggu sebelum mengunjungi dokter, pria tersebut telah menyelesaikan pengobatan antibiotik klindamisin untuk infeksi gusi.
Ia juga melaporkan bahwa dirinya merupakan seorang perokok, namun tak jelas sudah berapa lama dia merokok. Penulis studi kasus tidak menunjukkan apakah kondisi tersebut disebabkan secara khusus oleh merokok, penggunaan antibiotik, atau kombinasi keduanya.
Namun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rokok dapat berdampak lama pada kesehatan mulut, termasuk menyebabkan penumpukan plak dan bakteri. Sementara itu, antibiotik dapat mengubah mikrobioma mulut, mengubah bakteri dan membiarkannya menumpuk di lidah.
Dokter mendiagnosa pria itu dengan lidah berbulu, suatu kondisi yang ditandai dengan lapisan abnormal pada permukaan atas lidah, juga disebut daerah dorsal.
Lidah berbulu disebabkan oleh penumpukan kulit mati di bagian lidah yang mengandung pengecap, yang dikenal sebagai papila. Papila kemudian menjadi lebih panjang dari biasanya, membuat lidah terlihat berbulu. Juga, menjebak zat lain, seperti bakteri dan ragi.
Biasanya tidak ada gejala, meski pada beberapa kasus ada sensasi terbakar di lidah. Ini dari bakteri dan ragi yang menumpuk di permukaan lidah.
Menurut American Academy of Oral Medicine (AAOM), kondisi ini mempengaruhi sekitar 13 persen orang Amerika. Lidah berbulu dapat terjadi pada usia berapapun namun paling sering ditemukan pada usia yang lebih tua. Ini juga lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Meski perubahan warna biasanya hitam, lidah juga bisa berubah menjadi coklat, kuning, atau hijau.
Di samping itu, merokok telah lama terbukti memiliki efek merugikan pada kesehatan mulut dengan menyebabkan penumpukan bakteri dan plak. Sementara antibiotik, mirip dengan yang dikonsumsi pasien, juga dapat menyebabkan bakteri baru terbentuk di mulut, yang dapat menumpuk dan menyebabkan lidah berbulu.
Faktor risiko termasuk merokok, dehidrasi, kebersihan mulut yang buruk, dan antibiotik, menurut penulis studi kasus.
Pasien yang memiliki lidah berbulu di masa lalu lebih mungkin untuk mengalaminya lagi di masa depan. Kondisi ini relatif tidak berbahaya dan biasanya bersifat sementara.
Dokter menyarankan pria itu untuk menggosok lembut permukaan lidahnya dengan sikat gigi empat kali sehari. Dia juga diberi konseling tentang cara berhenti merokok. Setelah enam bulan kemudian, lidah pasien kembali normal.
Simak Video "Video Peringatan WHO buat Semua Negara: Atur Ketat Penjualan Rokok Elektrik Dkk"
(suc/suc)