Seorang remaja berusia 18 tahun yang saat ini sedang menempuh pendidikan di sekolah kedokteran menceritakan kisahnya sebagai pejuang kanker. Dia didiagnosis mengidap kanker limfoma di umurnya yang masih sangat muda.
Bercerita kepada DailyMail, Maddy Elleby awalnya dia mulai merasakan gejala saat berlibur dengan keluarganya pada Januari 2021, ketika usianya masih 16 tahun. Saat itu dia mengeluh batuk-batuk dan suara serak sehingga dokter meresepkannya dengan antibiotik dan inhaler.
Bukannya membaik, dia justru mengeluhkan beberapa gejala lain seperti mati rasa di lengannya dan benjolan di tulang selangkanya. Seperti kebanyakan orang, Elleby mengecek gejala-gejala tersebut di internet.
"Saya melakukan apa yang dilakukan kebanyakan orang dan mencari gejala saya di Google," bebernya.
"Saya menemukan halaman tentang limfoma Hodgkin dan semua gejala saya cocok. Hal itu membuat saya khawatir, selain fakta bahwa saya merasa tidak enak badan dan batuk terus-menerus," lanjutnya.
Dia kemudian menceritakan temuannya itu ke saudara perempuannya namun Elleby hanya dianggap mendramatisir. Tapi benjolan di Talang selangkanya membesar terus menerus sehingga dia memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter.
"Saya meyakinkan diri sendiri bahwa saya menderita kanker. Saya ingin masuk kedokteran, jadi saya sadar secara medis," katanya.
Ternyata setelah serangkaian pemeriksaan, dokter menyatakan dia mengidap kanker limfoma Hodgkin. Pada Februari di tahun yang sama, Elleby memulai kemoterapinya sembari melanjutkan pendidikannya.
Dia mengidap kanker stadium 4 yang berarti kankernya telah menyebar ke organ lain di tubuhnya. Setelah lima bulan menjalani kemoterapi, dokter sempat menyebut kankernya telah remisi.
Namun, kabar bahagia tersebut tak bertahan lama. Pada Oktober, dia menyadari ada benjolan lagi. Staf medis awalnya tak percaya namun setelah melakukan pemeriksaan, kanker yang sempat dinyatakan remisi muncul lagi.
Elleby sempat menjalani terapi pengobatan untuk remaja, tetapi sayangnya tak berhasil sehingga dia kembali kemoterapi. Setelah lebih dari satu tahun pengobatan dan transplantasi stem cell, dia akhirnya dinyatakan bebas kanker.
Dia akan menjalani pemindaian setiap tiga bulan selama satu tahun dan kemudian setiap enam bulan sekali selama tiga tahun setelahnya. Saat menerima pengobatan, mahasiswi tersebut mengulang tahun pertamanya di perguruan tinggi dan kini melanjutkan studi kedokteran di Universitas Liverpool.
"Orang mengira saya akan ditolak, tapi saya tetap ingin mengambil jurusan kedokteran, hanya saja bukan onkologi," tandasnya.
Simak Video "Video: Waspada! Pola Hidup Ini Pemicu Kanker Payudara"
(kna/kna)