Kisah Wanita Terlahir Tak Bisa Tersenyum, Ternyata Idap Kondisi Ini

Kisah Wanita Terlahir Tak Bisa Tersenyum, Ternyata Idap Kondisi Ini

Averus Kautsar - detikHealth
Rabu, 17 Apr 2024 20:01 WIB
Kisah Wanita Terlahir Tak Bisa Tersenyum, Ternyata Idap Kondisi Ini
Wanita tidak bisa tersenyum karena mengidap penyakit langka. (Foto: Instagram @tylaclement)
Jakarta -

Seorang wanita di New Zealand bernama Tayla Clement (26) mengalami penyakit langka yang membuatnya tidak bisa tersenyum. Namun, hal itu justru sangat disyukuri oleh Tayla.

Tayla mengidap sindrom moebius, penyakit saraf yang hanya diidap oleh satu dari setiap 50 ribu sampai 500 ribu anak yang lahir. Kondisi ini terjadi ketika saraf bayi belum sepenuhnya berkembang.

Sindrom moebius mengakibatkan kelumpuhan wajah dan terhambatnya pergerakan mata. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan kesulitan berbicara, menelan, dan mengunyah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sindrom ini memengaruhi saraf kranial keenam dan ketujuh saya, jadi pada dasarnya seperti kelumpuhan wajah," ucap Tayla dikutip dari Fox News, Rabu (17/4/2024).

Ketika ia masih kecil, perempuan kelahiran 1997 mengaku cukup terisolasi. Terhubung secara sosial dengan orang di luar menjadi tantangan yang cukup berat bagi Tayla.

ADVERTISEMENT

Ia mengaku menjadi korban perundungan selama belasan tahun. Saat itu sangat berharap bisa tersenyum lagi agar bisa terhindar dari perundungan orang-orang di sekitarnya.

"Ini dimulai dengan intimidasi verbal, dikatakan bahwa saya jelek atau tidak berharga, atau dikucilkan dan tidak punya teman," sambungnya.

Pada usia 11 tahun, Tayla sempat menjalani operasi besar untuk mengembalikan kemampuannya tersenyum. Namun, operasi yang dilakukannya justru gagal dan meninggalkan bekas luka.

Tidak hanya itu, pada usia 17 tahun ia mulai mengalami kejang dan pada tahun berikutnya ia juga didiagnosis mengidap depresi dan kecemasan klinis ekstrem. Kondisi tersebut belum lagi ditambah dengan gangguan stres pasca trauma (PTSD) yang ia idap.

"Ada hari-hari ketika saya hanya ingin menyerah. Saya tidak ingin menjalani hidup lagi karena itu sangat sulit. Saya belajar dengan cepat bahwa satu-satunya orang yang benar-benar dapat membantu Anda adalah diri Anda sendiri," ujarnya.

Tanpa lelah, ia berusaha terus menjalani terapi dan membaca banyak buku pengembangan diri. Ia terus menerapkan kehidupan yang sehat untuk fisik dan mentalnya. Sampai akhirnya Tayla menemukan gairah besar pada olahraga rugby.

Tayla memanfaat kecintaannya pada olahraga rugby untuk menjadi sebuah kesempatan baru dalam hidup. Kecintaannya itu menjadi sebuah tujuan yang baru. Pada Maret 2023 ia mulai membuat konten media sosial soal rugby dan olahraga motor.

"Saya melakukan pekerjaan yang benar-benar saya sukai, dan menurut saya tingkat kebahagiaan dan kepuasan ini tidak dapat saya akses atau capai. Ini merupakan perjalanan yang panjang, dan saya sangat bersyukur atas semua itu," ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga menggunakan platform media sosialnya untuk terhubung dengan orang yang memiliki sindrom atau disabilitas. Tayla bertujuan untuk mengedukasi orang-orang tentang cara memperlakukan generasi muda yang merasa tidak dilihat atau didengar.

"Saya benar-benar membutuhkan seseorang seperti diri saya saat ini ketika saya masih muda. Sekarang adalah momen yang luar biasa untuk berada di sana untuk orang lain," ujarnya.

"Menurutku senyuman setiap orang berbeda, sama seperti orang lain pun berbeda. Aku hanya tersenyum dengan caraku sendiri," tandas Tayla.

Halaman 2 dari 2
(avk/suc)

Berita Terkait