Demi ambisi ingin tampil cantik dan sempurna, beberapa orang mau mengorbankan aspek keselamatan. Misalnya mengunjungi dokter abal-abal yang tak memiliki lisensi atau menggunakan bahan yang tak terjamin keamanannya. Sudah banyak korban yang jatuh akibatnya.
Misalnya kasus yang sempat mengegerkan Eropa dan Amerika di tahun 2012 lalu akibat implan payudara beracun yang bisa memicu kanker. Kandungan racun dalam implan berbahan silikon Poly Implant Prostheses (PIP) tersebut memaksa puluhan ribu penggunanya di banyak negara membongkar payudaranya.
Di Indonesia, implan payudara jenis ini ini tidak digunakan. Jadi pemakai implan payudara di tanah air tak perlu khawatir. Walau demikian, kasus tersebut tetap memicu keresahan masyarakat luas, masih amankah bahan silikon digunakan untuk operasi plastik?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kata lain, pemakaian silikon padat jauh lebih aman dibandingkan silikon cair atau gel yang disuntikkan langsung ke payudara ataupun bagian tubuh lain. Implan payudara memiliki pembungkus yang mencegah kebocoran silikon agar tidak ke menyebar ke jaringan di sekitarnya.
Demi keamanan, akan lebih baik jika melakukan prosedur bedah plastik ke dokter yang benar-benar kompeten. Para dokter bedah di Indonesia umumnya hanya memakai produk yang telah disetujui badan pengawasan obat dan makanan dunia, jadi keamanan produknya bisa dipertanggungjawabkan.
"Yang paling berbahaya adalah risiko meninggalnya pasien karena cairan yang disuntikkan masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini pernah diulas dibeberapa majalah," imbuh dr Aditya.
Risiko yang harus ditanggung jika sembaranagan menggunakan produk tak hanya kanker saja. Sudah banyak kasus-kasus pasien yang menjadi korban keganasan operasi bedah ilegal atau menggunakan bahan yang tak aman, mulai keracunan bakteri Staphylococcus aureus, hingga tubuh yang jadi amburadul karena operasi plastik tipu-tipu.
(pah/vta)











































