"Emosi yang tidak stabil bukan merupakan gangguan jiwa, tetapi lebih condong pada gangguan emosi yang sifatnya lebih ke personal," kata psikolog Ratih Zulhaqi kepada detikHealth dan ditulis Rabu (24/7/2013).
Berbicara mengenai mood disorder, itu adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan seseorang yang walaupun dia tidak stres tetapi dirinya bisa jadi uring-uringan dan mood-nya berubah-ubah. Misalnya seseorang yang mulanya diam tiba-tiba bisa jadi tertawa.
Sedangkan bipolar disorder adalah gangguan kepribadian yang sifatnya lebih parah dari mood disorder. Orang dengan bipolar disorder mood-nya bisa berubah secara drastis. Orang dengan bipolar disorder pasti memiliki mood disorder tetapi orang yang memiliki mood disorder belum tentu mengalami bipolar disorder.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gangguan ini disebut bipolar karena orang-orang yang mengalaminya dalam kondisi yang berubah-ubah termasuk penilaian terhadap seseorang. Mereka cenderung memiliki sifat ekstrem kanan dan kiri atau senang dan sedih.
"Misalnya satu waktu bertemu menilai orang baik, suatu waktu bertemu lagi menilai orang yang sama adalah orang yang jahat," kata Ratih.
Ia menambahkan sebenarnya sangat banyak orang yang mengalami bipolar disorder di suatu lingkungan tetapi biasanya mereka tidak sadar dan cenderung tidak mau mengakui kalau mereka mengalami gangguan tersebut. Menurut Ratih, kondisi seperti itu umumnya disebabkan oleh faktor genetik dan beberapa faktor x yang belum diketahui. Selain itu, pola asuh saat masih kecil juga turut berkontribusi atas terjadinya bipolar disorder.
Lantas, bagaimana cara paling tepat untuk menangani kondisi ini? Menurut Ratih, jika psikolog sudah tidak bisa membantu, maka orang tersebut harus ke psikiater dan mendapatkan farmakoterapi atau terapi obat karena pada dasarnya mereka memang tidak sadar tengah mengalami bipolar disorder.
Sementara itu, Psikolog Personal Growth, Ratih Andjayani Ibrahim, MM.Psi mengatakan jika memang seseorang mengalami mood disorder, hal ini akan sangat mengganggu. Misalnya bisa saja setelah tertawa, tiba-tiba seseorang menjadi sedih.
"Kalau seperti itu sebaiknya lakukan terapi dan jaga pola makan supaya tidak sampai salah makan, kemudian harus konsultasi juga ke psikiater supaya kimiawi di otak bisa balance atau seimbang kembali," tegas Ratih.
(vit/vit)











































