Ratih Zulhaqqi, MSi, seorang psikolog anak dan remaja dari Klinik Kancil menilai bahwa keluguan anak adalah sasaran para predator online. Tipe anak yang mudah diserang adalah mereka yang tidak terlalu aware atau menyadari ada kejahatan di sekelilingnya.
"Biasanya tipe-tipe yang bisa di-bully, rasa percaya dirinya rendah, lalu mencari pertemanan di media sosial," kata Ratih saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (22/1/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komunikasi yang buruk dengan orang tua, menurut Ratih juga bisa membuat anak-anak rentan menjadi korban predator online. Biasanya, anak-anak tersebut kurang didengarkan atau diperhatikan oleh orang tuanya. Wajar jika kemudian mudah dibujuk para predator.
Soal komunikasi dengan orang tua, pegiat Internet Sehat Donny BU punya pendapat berbeda. Donny yang sedang menangani kasus predator online mengatakan, komunikasi dengan orang tua secara umum terkadang tidak ada masalah. Namun pada titik tertentu, komunikasinya terputus.
"Jadi sebenarnya komunikasi antara orangtua dan anak baik-baik saja. Curhat, ngobrol semacamnya. Tapi begitu ngomongin internet atau teknologi, orang tua nggak ngerti. Akhirnya kan si anak mikir, ngapain nanya sama orangtua padahal gue lebih ngerti," ujar Donny.
Dengan memanfaatkan kondisi tersebut, para predator akan semakin mudah mendekati korbannya. Ia akan berlaku sebagai seorang teman curhat, melakukan proses grooming atau menumbuhkan kepercayaan, dan ujung-ujungnya melakukan eksploitasi seksual.
(up/vit)











































