"Sebenarnya tidak terlalu berhubungan atau bahkan bisa disebut tidak hubungannya. Vertigo itu kan lebih banyak berpengaruh ke faktor fisik, bukan psikologis," tandas Dr Suryo Dharmono, SpKJ dari RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat ketika dihubungi detikHealth dan ditulis pada Rabu (5/3/2014).
Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu juga menegaskan vertigo hanya dialami orang-orang yang mengidap gangguan keseimbangan dan tidak ada orang yang menjadi vertigo akibat faktor psikologisnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan dr Suryo, dr. Andri, Sp.KJ. mengakui banyak pasiennya (orang dengan gangguan kejiwaan) kerapkali mengeluhkan gejala sakit kepala yang berputar-putar seperti vertigo. Namun ia menegaskan jika itu bukanlah vertigo.
"Jadi biasanya pasien yang mengalami sakit kepala berat akan mengunjungi dokter saraf maupun THT, untuk melihat apakah benar itu sakit vertigo. Namun jika keduanya tidak melihat itu sebagai tanda-tanda dari vertigo yang sebenarnya, sakit kepala tersebut biasanya bagian dari gejala gangguan kecemasan atau kejiwaan di dalam orang tersebut," jelas dokter yang juga psikiater dan pakar pengobatan psikosomatis dari Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera, Tangerang tersebut.
Menurut dr Andri gejala gangguan kecemasan atau kejiwaan secara umum adalah jantung berdebar, sesak napas, dan biasanya disertai sakit kepala berat yang rasanya mirip dengan vertigo. Ini berbeda dengan sakit kepala biasa, apalagi vertigo.











































