Kabar baik bagi mereka yang mengalami usus buntu, operasi usus buntu tak selalu identik dengan bekas luka panjang di perut. Pasalnya, kini operasi usus buntu bisa dilakoni dengan metode laparoskopi, metode operasi yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada perut atau pusar lantas memasukkan teropong kecil ke dalam usus. Hal tersebut dikemukakan oleh DR Dr Rino Alvani Gani, SpPD, K-GEH, FINASIM.
"Operasi usus buntu bisa dengan laparoskopi. Biasanya ada orang yang tidak mau di perutnya ada bekas operasi, jadi memilih untuk melakukan laparoskopi. Laparoskopi dilakukan dengan memasukkan teropong kecil ke usus," tutur dokter di Divisi Digestif RSCM Kencana itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau berkaitan dengan luka pasca operasi, operasi biasa mungkin waktu pemulihannya akan lebih lama dibandingkan dengan laparoskopi. Karena laparoskopi menggunakan teknik operasi dengan sayatan kecil, jadi proses penyembuhannya juga lebih cepat," tambah dr Andra Azwar, SpPD, dokter di RS Royal Taruma Jakarta, ketika berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (28/5/2014).
Nah setelah operasi dilakukan, keluhan berupa rasa nyeri perut yang sebelumnya dialami pasien akan segera hilang. Sebab, bagian meradang yang menyebabkan rasa nyeri telah disingkirkan. Dr Rino menambahkan, jika dilakukan dengan prosedur yang semestinya, operasi pengangkatan usus buntu tak akan menimbulkan efek samping.
Menyoal masa pemulihan, pasien usus buntu yang menjalani operasi laparoskopi memang bisa pulih lebih cepat. Kendati demikian, operasi usus buntu dengan metode laparoskopi relatif lebih mahal ketimbang metode konvensional. Selisih biaya antara dua metode tersebut hingga mencapai bilangan jutaan rupiah. Belum lagi, tak semua rumah sakit menyediakan metode ini.
(ajg/up)











































