Lalu bagaimana pengaruh dirty talk ketika bercinta menurut seksolog? Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd, FAACS, Guru Besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali tidak menampik bahwa memang dirty talk merupakan bagian dari foreplay yang sedang populer. Akan tetapi ia meragukan intensitas rangsangan yang dihasilkan melalui pengucapan kata-kata vulgar tersebut.
"Dirty talk, atau sex by phone, jaman sekarang ini sudah banyak berkembang. Tentu saja itu bagian dari foreplay, namun intensitas rangsangannya sangat kecil, tetap butuh rangsangan nyata untuk foreplay," tutur Prof Wimpie ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (25/6/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, dr Ferryal Loetan, ASC&T, SpKFR, MKes dari Klinik Kamar Sutera mengatakan sebelum melakukan dirty talk, sebaiknya hal tersebut dibicarakan dahulu antara pasangan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang malah menyebabkan salah satu pihak menjadi off atau gairah seksualnya menurun.
"Memang dalam kondisi tertentu, penggunaan kata-kata vulgar bisa membangkitkan gairah seksual. Akan tetapi sebaiknya harus dikomunasikan kalau nggak nanti salah satu mikir kenapa pasangannya kok ngomong jorok begitu," ungkap dr Ferryal ketika dihubungi terpisah.
Dirty talk menjadi populer setelah penulis Evan Michaels membuat panduan mengenai penggunaan dirty talk ketika bercinta. Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya cara memulai dirty talk sangat mudah yakni dengan memberi tahu pasangan pa yang telah membuat Anda 'turn on' saat berhubungan seks. Kemudian katakan padanya apa yang ingin Anda lakukan padanya di lain waktu.
"Orang-orang ingin tahu apakah mereka telah memberikan performa yang baik (di ranjang). Hal itu membuat mereka merasa menarik dan berharga. Dan dirty talk adalah cara terbaik bagi Anda untuk memberitahu pasangan Anda tentang hal itu," tulis penulis Evan Michaels dalam bukunya.
(up/up)











































