Jakarta -
Puasa di bulan ramadan memang menjadi kewajiban bagi umat muslim. Nah sekalian ibadah, Anda juga sebenarnya bisa menurunkan berat badan dengan pola diet sehat selama puasa.
Sayangnya, tidak semua orang boleh melaksanakan diet saat puasa. Pakar nutrisi sekaligus dosen jurusan gizi di Poltekkes II Jakarta Rita Ramayulis, DCN, MKes mengatakan bahwa orang-orang dengan kebutuhan energi tinggi sangat tidak disarankan untuk puasa. Sebabnya, kebutuhan energinya tidak akan tercukupi jika ia melakukan diet.
"Jadi prinsipnya orang-orang yang memiliki kebutuhan energi tinggi, maka mereka tidak dianjurkan untuk berdiet ketika berpuasa. Hal ini disebabkan selama berpuasa itu kebutuhan energi tinggi dan sulit memenuhinya ketika malam hari saja," tutur Rita ketika dihubungi detikHealth dan ditulis, Rabu (2/7/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah dirangkum detikHealth, berikut beberapa golongan yang tidak disarankan untuk melakukan diet ketika puasa, di antaranya adalah ibu hamil, ibu menyusui, anak dan remaja. Sementara menurut Rita, pekerja berat, atlet dan orang dengan penyakit kronis dianjurkan untuk tidak berpuasa.
1. Anak dan Remaja
Rita mengatakan bahwa anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan tidak boleh melakukan diet ketika puasa. Hal ini dikarenakan dalam masa pertumbuhan, kebutuhan gizi dan nutrisi anak harus terpenuhi agar ia dapat tumbuh secara maksimal.
Namun pengecualian datang jika remaja atau anak tersebut sudah mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
"Kalau berat badannya masih standar atau kelebihan berat badannya tidak terlalu banyak maka dia masih bisa mencapai berat badan normal kelak. Lagipula dia masih dalam masa pertumbuhan," ungkap Rita.
2. Ibu Hamil dan Menyusui
Ibu hamil dan menyusui dikatakan Rita sangat dilarang untuk melakukan diet saat puasa. Pasalnya dengan berpuasa saja, nutrisi yang masuk ke tubuh akan berkurang, yang tentunya berakibat berkurangnya asupan untuk buah hati atau janin yang sedang ada dalam kandungan. Ibu menyusui juga membutuhkan zat gizi tinggi untuk memproduksi ASI."Kedua, ibu hamil dan ibu menyusui. Karena kebutuhan zat gizinya yang cukup besar, ibu hamil dan ibu menyusui juga tidak dianjurkan untuk berdiet saat sedang berpuasa," tegas Rita.
3. Pekerja Berat dan Atlet
Berbeda dengan golongan di atas, Rita mengatakan bahwa pekerja berat dan atlet justru dianjurkan untuk tidak berpuasa karena menghabiskan energi banyak. Karena jika mereka berpuasa, dikhawatirkan terjadi dehidrasi karena pergantian cairan yang keluar lewat keringat dalam jumlah besar sulit terpenuhi pada asupan cairan malam hari saja.
"Orang-orang yang memiliki pekerjaan dengan fisik, seperti misalnya pekerja berat, tukang, pekerja tambang, atau pekerja yang bekerja di daerah panas. Jadi khususnya untuk mereka yang memang tenaganya butuh besar. Mereka tidak dianjurkan untuk berpuasa," ungkap Rita.
4. Orang dengan Penyakit Kronis
Pakar nutrisi lulusan University of Sydney, Australia, Leona Victoria Djajadi, BSc, MND mengatakan bahwa orang dengan penyakit kronis seperti ginjal atau diabetes sangat tidak disarankan untuk diet selama puasa.
Hal ini dikarenakan keseimbangan elektrolit dalam darah (untuk penyakit ginjal) dan gula darah (untuk penderita diabetes) sulit dikontrol. Sehingga jika kehilangan pasokan nutrisi dalam waktu panjang dapat berakibat fatal.
"Kehilangan pasokan nutrisi dalam jangka waktu agak panjang (>4 jam) bisa mengakibatkan turunnya salah satu elektrolit/gula darah yang bisa menyebabkan detak jantung tak beraturan (arrythmia)/serangan jantung (penyakit ginjal) ataupun pingsan/koma untuk penderita diabetes," tutur Victoria.
5. Atlet Profesional
Dikatakan Victoria juga bahwa atlet profesional sangat dilarang untuk melakukan diet selama puasa. Atlet seperti diketahui membutuhkan banyak energe terlebih ketika mereka sedang berkompetisi.
"Atlet professional yang sedang mempersiapkan diri/sedang mengikuti kompetisi juga tidak disarankan berpuasa karena kebutuhan energi, protein dan cairan yang tinggi," tandasnya.
Rita mengatakan bahwa anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan tidak boleh melakukan diet ketika puasa. Hal ini dikarenakan dalam masa pertumbuhan, kebutuhan gizi dan nutrisi anak harus terpenuhi agar ia dapat tumbuh secara maksimal.
Namun pengecualian datang jika remaja atau anak tersebut sudah mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
"Kalau berat badannya masih standar atau kelebihan berat badannya tidak terlalu banyak maka dia masih bisa mencapai berat badan normal kelak. Lagipula dia masih dalam masa pertumbuhan," ungkap Rita.
Ibu hamil dan menyusui dikatakan Rita sangat dilarang untuk melakukan diet saat puasa. Pasalnya dengan berpuasa saja, nutrisi yang masuk ke tubuh akan berkurang, yang tentunya berakibat berkurangnya asupan untuk buah hati atau janin yang sedang ada dalam kandungan. Ibu menyusui juga membutuhkan zat gizi tinggi untuk memproduksi ASI.
"Kedua, ibu hamil dan ibu menyusui. Karena kebutuhan zat gizinya yang cukup besar, ibu hamil dan ibu menyusui juga tidak dianjurkan untuk berdiet saat sedang berpuasa," tegas Rita.
Berbeda dengan golongan di atas, Rita mengatakan bahwa pekerja berat dan atlet justru dianjurkan untuk tidak berpuasa karena menghabiskan energi banyak. Karena jika mereka berpuasa, dikhawatirkan terjadi dehidrasi karena pergantian cairan yang keluar lewat keringat dalam jumlah besar sulit terpenuhi pada asupan cairan malam hari saja.
"Orang-orang yang memiliki pekerjaan dengan fisik, seperti misalnya pekerja berat, tukang, pekerja tambang, atau pekerja yang bekerja di daerah panas. Jadi khususnya untuk mereka yang memang tenaganya butuh besar. Mereka tidak dianjurkan untuk berpuasa," ungkap Rita.
Pakar nutrisi lulusan University of Sydney, Australia, Leona Victoria Djajadi, BSc, MND mengatakan bahwa orang dengan penyakit kronis seperti ginjal atau diabetes sangat tidak disarankan untuk diet selama puasa.
Hal ini dikarenakan keseimbangan elektrolit dalam darah (untuk penyakit ginjal) dan gula darah (untuk penderita diabetes) sulit dikontrol. Sehingga jika kehilangan pasokan nutrisi dalam waktu panjang dapat berakibat fatal.
"Kehilangan pasokan nutrisi dalam jangka waktu agak panjang (>4 jam) bisa mengakibatkan turunnya salah satu elektrolit/gula darah yang bisa menyebabkan detak jantung tak beraturan (arrythmia)/serangan jantung (penyakit ginjal) ataupun pingsan/koma untuk penderita diabetes," tutur Victoria.
Dikatakan Victoria juga bahwa atlet profesional sangat dilarang untuk melakukan diet selama puasa. Atlet seperti diketahui membutuhkan banyak energe terlebih ketika mereka sedang berkompetisi.
"Atlet professional yang sedang mempersiapkan diri/sedang mengikuti kompetisi juga tidak disarankan berpuasa karena kebutuhan energi, protein dan cairan yang tinggi," tandasnya.
(up/up)