5 Risiko Penyakit Akibat Berlebihan Makan Mi Instan

Kecanduan Mi Instan

5 Risiko Penyakit Akibat Berlebihan Makan Mi Instan

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Rabu, 03 Sep 2014 16:06 WIB
5 Risiko Penyakit Akibat Berlebihan Makan Mi Instan
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Selain menimbulkan kegemukan karena kandungan kalorinya yang luar biasa, mi instan juga dapat memicu gangguan kesehatan lain. Hal ini seringkali terjadi bilamana mi instan dikonsumsi secara berlebihan.

Gangguan kesehatan seperti apa yang dimaksud? Simak paparannya seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Rabu (3/9/2014) berikut ini.

1. Iritasi lambung

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB., pakar kesehatan pencernaan dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan mi instan yang dimasak matang maupun setengah matang dapat memicu masalah di lambung seperti kembung dan begah, terutama pada pengidap maag.

"Bumbunya itu juga biasanya bisa merangsang iritasi pada lambung karena ada pedasnya," timpalnya.

2. Hipertensi

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
"Natriumnya juga harus diperhitungkan, apalagi bagi pengidap hipertensi, karena ini bisa memperburuk tekanan darahnya," ujar dr Ari.

Konsumsi natrium yang berlebihan juga dikatakan pakar nutrisi Rita Ramayulis, DCN, M.Kes., dapat mengubah pembuluh darah sehingga menjadi kaku atau tak elastis lagi.

"Nanti lama-lama bisa menimbulkan risiko hipertensi, serangan jantung, stroke dan berujung pada kematian," imbuhnya.

3. Gangguan ginjal

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Di samping hipertensi, Rita menyoroti kandungan natrium dari sebungkus mi instan yang mencapai sekitar 1.200-1.500 miligram (mg). Padahal yang dibutuhkan oleh tubuh hanya 500 miligram perhari.

"Natrium kan fungsinya mengatur keseimbangan cairan, kalau berlebihan prosesnya jadi mengganggu kerja ginjal. Selanjutnya fungsi ginjal akan menurun," katanya.

4. Diabetes

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Pakar gizi dr Titi Sekarindah, MS, SpGK dari RS Pertamina mengatakan, " Mi instan itu nggak begitu sehat karena mengalami proses berkali-kali sehingga mudah diserap sekaligus meningkatkan kadar gula darah."

Ini artinya seseorang bisa mengalami diabetes atau sakit gula karena mengonsumsi mi instan secara berlebihan. Lagipula dr Titi menambahkan, mi instan juga dapat memicu naiknya trigliserida atau zat lemak dalam darah yang bisa mempengaruhi risiko diabetes maupun penyakit jantung seseorang.

5. Sakit jantung

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Pernyataan dr Titi tampaknya disepakati sekelompok peneliti dari Harvard School of Public Health di Boston. Lewat riset yang mereka lakukan baru-baru ini, ditemukan bahwa mi instan memang bisa meningkatkan risiko sindrom metabolik karena kandungan garam dan gula yang tinggi, termasuk lemak jenuh yang tak sehat.

Hanya saja, riset dari Amerika tersebut menunjukkan secara rinci bahwasanya risiko sindrom metabolik yang dialami seseorang akan meningkat tajam bilamana ia mengonsumsi mi instan dua kali dalam sepekan, khususnya pada perempuan.

Sindrom metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang mencakup peningkatan tekanan darah, kadar gula darah yang tinggi, penumpukan lemak di seputar lingkar pinggang dan kadar kolesterol yang tak normal yang terjadi secara bersamaan sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes.
Halaman 2 dari 6
Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB., pakar kesehatan pencernaan dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan mi instan yang dimasak matang maupun setengah matang dapat memicu masalah di lambung seperti kembung dan begah, terutama pada pengidap maag.

"Bumbunya itu juga biasanya bisa merangsang iritasi pada lambung karena ada pedasnya," timpalnya.

"Natriumnya juga harus diperhitungkan, apalagi bagi pengidap hipertensi, karena ini bisa memperburuk tekanan darahnya," ujar dr Ari.

Konsumsi natrium yang berlebihan juga dikatakan pakar nutrisi Rita Ramayulis, DCN, M.Kes., dapat mengubah pembuluh darah sehingga menjadi kaku atau tak elastis lagi.

"Nanti lama-lama bisa menimbulkan risiko hipertensi, serangan jantung, stroke dan berujung pada kematian," imbuhnya.

Di samping hipertensi, Rita menyoroti kandungan natrium dari sebungkus mi instan yang mencapai sekitar 1.200-1.500 miligram (mg). Padahal yang dibutuhkan oleh tubuh hanya 500 miligram perhari.

"Natrium kan fungsinya mengatur keseimbangan cairan, kalau berlebihan prosesnya jadi mengganggu kerja ginjal. Selanjutnya fungsi ginjal akan menurun," katanya.

Pakar gizi dr Titi Sekarindah, MS, SpGK dari RS Pertamina mengatakan, " Mi instan itu nggak begitu sehat karena mengalami proses berkali-kali sehingga mudah diserap sekaligus meningkatkan kadar gula darah."

Ini artinya seseorang bisa mengalami diabetes atau sakit gula karena mengonsumsi mi instan secara berlebihan. Lagipula dr Titi menambahkan, mi instan juga dapat memicu naiknya trigliserida atau zat lemak dalam darah yang bisa mempengaruhi risiko diabetes maupun penyakit jantung seseorang.

Pernyataan dr Titi tampaknya disepakati sekelompok peneliti dari Harvard School of Public Health di Boston. Lewat riset yang mereka lakukan baru-baru ini, ditemukan bahwa mi instan memang bisa meningkatkan risiko sindrom metabolik karena kandungan garam dan gula yang tinggi, termasuk lemak jenuh yang tak sehat.

Hanya saja, riset dari Amerika tersebut menunjukkan secara rinci bahwasanya risiko sindrom metabolik yang dialami seseorang akan meningkat tajam bilamana ia mengonsumsi mi instan dua kali dalam sepekan, khususnya pada perempuan.

Sindrom metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang mencakup peningkatan tekanan darah, kadar gula darah yang tinggi, penumpukan lemak di seputar lingkar pinggang dan kadar kolesterol yang tak normal yang terjadi secara bersamaan sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes.

(lll/up)

Kecanduan Mi Instan
10 Konten
Rasa mi instan memang tidak diragukan lagi. Tetapi apabila dikonsumsi terlalu sering tidak baik untuk kesehatan tubuh. Untuk lebih jelas, simak informasinya di sini.
Berita Terkait