"Bayi dan balita sangat rentan terhadap guncangan. Otot leher pada balita terutama bayi masih sangat lemah," kata dr Meta Hanindita yang kini tengah mengambil pendidikan dokter anak di FK Unair/Dr Soetomo Surabaya.
Maka dari itu, akan sangat sulit bagi anak untuk men-support kepala dan melindungi si kecil dari gerakan keras. Selain itu, menurut dr Meta, otak bayi pun lebih rentan dari dewasa, gerakan atau guncangan dapat menyebabkan otak bayi bergerak maju atau mundur dalam tulang kepala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, menurut Jeffrey Barth, PhD, dari Department of Neurological Surgery, University of Virginia School of Medicine, menggoyangkan anak ke atas dan ke bawah bisa menimbulkan guncangan keras dan cedera pada kepala.
Apalagi ketika si anak agak besar, orang tua kerap 'melempar' anak ke atas lalu menangkapnya. Padahal, struktur otak anak sangat berbeda dengan otak orang dewasa. Gerakan sentrifugal menyebabkan cedera pada otak anak khususnya kerusakan pada bagian pembuluh darah di bagian atas otak.
"Saat cedera sangat parah bisa terjadi perdarahan di otak. Ketika diguncang-guncangkan apalagi dilempar ke udara, otak anak yang ukurannya relatif lebih kecil akan mengalami pergerakan dan ketika goncangan terlalu keras, otak bisa membentur tengkorak dan akhirnya timbullah trauma," terang Jeffrey.
(rdn/vta)











































