"Pada dasarnya, main perosotan dan ayunan selama dalam pengawasan tidak apa-apa," tutur dr Meta Hanindita dari RSUD Dr Soetomo Surabaya kepada detikHealth dan ditulis Rabu (23/9/2014).
Pengawasan yang dimaksudkan oleh dr Meta tentunya bukan asal melihat bermain sambil duduk-duduk saja. Orang tua juga harus memperhatikan apakah perosoan dan ayunan yang dimainkan anak masih layak guna, termasuk baut, engsel dan rantai ayunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu cedera yang paling sering terjadi ketika anak bermain perosotan adalah benturan di kepala. Terkadang, anak suka membalikkan tubuh untuk merosot dengan kepala di bawah. Menurut dr Meta, posisi seperti ini sangat berbahaya karena jika terbentur dengan keras, anak bisa meninggal.
"Kalau mendarat di batu yang keras, bisa terjadi trauma kepala yang dapat mengenai otak. Jika terjadi perdarahan yang cukup berat, bisa terjadi kematian. Demikian juga dengan ayunan, jika diayunkan terlampau tinggi lalu anak tidak berpegangan erat dan jatuh, bisa terjadi perdarahan," tutur dokter yang sedang mengambil pendidikan spesialis anak di FK UNAIR/RSUD Dr Soetomo ini.
Sama seperti permainan lainnya, cedera luar yang dialami anak masih bisa ditangani dengan dibersihkan dan dirawat. Namun orang tua juga harus peka. Jika anak sempat terbentur dengan keras lalu menunjukkan gejala-gejala ini, segera bawa anak ke dokter.
"Observasi tanda-tanda seperti muntah, rewel, menangis terus karena sakit kepala, tiba-tiba tidak sadar atau kejang. Segera bawa ke dokter untuk memastikan jika ada cedera dalam otak seperti perdarahan," tutupnya.
(mrs/vta)











































