Menurut data CDC (Center of Disease Control and Prevention), 1 dari 4 anak yang mengalami SBS akan meninggal. Yang masih bertahan hidup pun mempunyai pengaruh jangka panjang terhadap kesehatannya seperti kebutaan, developmental delay atau retardasi mental.
"Bisa juga mengalami cerebral palsy, kejang dan kelemahan otot gerak," kata dr Meta Hanindita, dokter di RS Dr Soetomo Surabaya yang tengah mengambil pendidikan dokter anak di Universitas Airlangga, seperti ditulis pada Rabu (24/9/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Perubahan signifikan pola tidur
- Muntah lebih sering dari biasanya
- Sangat rewel
- Menangis dan tidak bisa dihentikan dengan cara apapun
- Tidak mau menyusu atau makan
- Pada kasus yang berat, bisa jadi justru tidak sadar.
Pada tiap-tiap bayi, gejala yang muncul tidak selalu sama. Banyak fakto yang memengaruhi, angtara lain usia anak, derajat kekerasan guncangan, hingga seberapa sering mengalami guncangan. Begitu pula dampak jangka panjangnya, tidak sama pada masing-masing anak.
Pada kondisi tertentu, SBS juga bisa menyebabkan perdarahan di otak. Biasanya ditandai dengan kejang, muntah, serta terjadi gangguan pada mata karena pembuluh darahnya pecah.
"Retina bisa pecah karena pendarahan. Bahkan bisa sampe meninggal. Makannya kalau sudah tau kena shaken baby syndrome harus segera dioperasi," jelas dr Marissa TS Pudjiadi, SpA dari RS Premiere Jatinegara.
(up/up)











































