Untuk semakin menjamin keefektifan kondom, terkadang produsen menggunakan bahan spermasida untuk melapisi kondomnya. Spermasida sendiri adalah bahan kimia yang mampu membunuh sel sperma sehingga kondom tidak hanya berfungsi menahan sperma masuk ke vagina tapi juga membunuh sperma agar semakin dapat mencegah kehamilan.
Spermasida yang banyak digunakan biasanya menggunakan bahan nonoxynol-9. Spesialis masalah kesehatan reproduksi laki-laki dari RS Fatmawati, dr Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, mengatakan hampir semua kondom yang beredar di pasaran menggunakan bahan tersebut.
Akan tetapi ternyata penggunaan kondom dengan spermasida bisa berbahaya bagi beberapa orang. Spermasida diketahui bisa memicu reaksi alergi pada kulit penis yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, dan sensasi terbakar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa juga dikatakan oleh seksolog dari Universitas Tarumanegara, dr Andri Wanananda, MS. Ia mengatakan pada kulit penis yang peka, spermasida dapat menimbulkan reaksi alergi.
"Masalahnya, tidak semua pria cocok menggunakan kondom dengan spermisida. Bila kulit penisnya peka, akan timbul ruam kulit akibat reaksi alergi," ujar dr Andri.
Kondom yang menggunakan spermasida dan yang biasa tidak memiliki perbedaan mencolok. Karena tidak jauh berbeda pengguna harus pintar-pintar memilih kondom yang cocok untuk dirinya.
"Beberapa orang mungkin cuma cocok sama satu jenis kondom saja. Cara memilihnya ya yang harus diutamakan adalah tidak menimbulkan alergi, bahan kondom kualitasnya baik, dan kondom tidak bocor. Alergi pada kondom ini sangat individual sifatnya ya. Pokoknya sekali alergi terhadap satu jenis kondom langsung dibuang dan jangan pakai jenis yang sama, ganti dengan yang lain," papar dr Andri.
Meski kondom dengan spermisida dibuat untuk menawarkan dua kali lipat perlindungan dengan cara membunuh sperma, jika timbul reaksi alergi pada kulit penis maka sebaiknya diganti saja. Kondom yang tidak mengandung spermasida asal berkualitas bagus sudah cukup efektif untuk mencegah kehamilan dan mencegah penyebaran penyakit seks menular.
(vit/vit)











































