Ramida, ibu rumah tangga berusia 30 tahun, cenderung masih pikir-pikir untuk melakukan operasi vagina. Jika suami masih menerima apa adanya, tidak masalah jika vagina mulai mengendur, maka operasi vagina tidak akan dilakukannya. "Kalau suami menerima apa adanya ya sudah. Lagipula itu kan sudah proses alami," ucapnya.
Tidak takut kualitas hubungan ranjang menurun? "Itu (vagina) bukan satu-satunya. Banyak juga zona erotis yang lain. Banyak cara lain yang bisa dilakukan," kata Ramida.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rika juga merasa belum perlu melakukan operasi pengencangan vagina. Salah satu pertimbangannya adalah biayanya yang cukup mahal. "Lebih baik biayanya untuk kebutuhan lain. Kecuali kalau ada indikasi kesehatan, mungkin bakal pikir-pikir lagi. Kalau tidak ada nggak usahlah ya. Lagipula kondisi vagina bukan satu-satunya penentu kepuasan hubungan intim," cetusnya.
Pendapat senada disampaikan Halimah (58). Kendati sudah puluhan tahun menikah, dia tidak berniat untuk mengoperasi vagina agar 'lebih muda'. Sebab menurutnya, semakin lama menikah, maka hubungan seks dengan pasangan bukanlah satu-satunya penentu kebahagiaan.
"Dengan tetap romantis, penuh kasih sayang, terbuka, itu sudah bisa membuat hubungan kita makin intim. Faktor psikis lebih menentukan ya kalau kita sudah lama menikah. Ibaratnya buat apa vagina tetap kencang kalau kita masih stres, nggak akur sama suami. Pada wanita yang sudah menopause memang lubrikasi lebih sedikit, tapi dengan fisik dan psikis yang baik hal itu bisa diatasi kok," tutur Halimah.
Lalu apa kata para suami, apakah mereka menginginkan istrinya operasi vagina untuk meningkatkan performa di ranjang? Roy (32) menyebut fisik vagina bukan satu-satunya hal yang bisa membuatnya puas di ranjang. Karena ada banyak hal lain yang menurutnya lebih penting seperti kasih sayang dan perhatian.
"Misal istri mau melakukan itu, saya tidak bolehkan sekaligus saya yakinkan kalau dia masih menarik untuk saya, ajak dia untuk mencoba berbagai hal baru soal urusan bercinta, supaya bagaimana caranya untuk kembali membangun rasa percaya dirinya," ucap Roy.
Jalil (35) lebih mempertimbangkan biaya yang bakal keluar untuk menjalani operasi vagina. Apalagi saat ini anaknya masih bersekolah, sehingga menurut dia, sebaiknya uang yag ada dialokasikan untuk pendidikan sang anak. "Kondisi fisik vagina bukan satu-satunya indikator kepuasan di ranjang. Kalo memang biaya ada dan istri mau ya fine-fine saja. Tapi kalau buat saya nggak perlulah istri sampai operasi segala," ujarnya.
Sedangkan Habibi (59) menyerahkan keputusan operasi vagina kepada sang istri. Jika istri merasa memerlukannya dan kebetulan ada biaya, maka operasi vagina bisa dilakukan. Apalagi jika ada indikasi kesehatan yang mensyaratkan operasi vagina. Meski demikian, Habibi sepakat kepuasan ranjang tidak semata-mata ditentukan oleh faktor fisik vagina.
Pembaca detikcom lainnya, Agus (40), memandang kendurnya vagina merupakan sesuatu yang alami, sehingga dia tidak mempermasalahkannya. Yang lebuh penting, menurutnya, suami dan istri bisa saling menjaga kepercayaan dan menerima kelebihan kekurangan masing-masing.
"Jadi saya sebagai suami ya mencoba untuk menerima itu," kata Agus, seperti ditulis pada Rabu (21/1/2015)
Bagaimana dengan Anda, apakah memilih melakukan operasi untuk mengatasi masalah vagina kendur?
(vit/vit)











































