Pasien memang berhak mendapatkan informasi yang lengkap tentang penyakitnya, sehingga kadang butuh berdiskusi saat periksa. Tapi ingat, dokter juga manusia biasa yang juga bisa merasa tidak nyaman kalau pasiennya 'lebay'.
Terlebih di era keterbukaan informasi seperti sekarang, banyak pasien dengan begitu mudahnya mencari informasi sendiri. Sepenggal informasi yang didapat dari internet kadang membuat beberapa pasien merasa paling tahu tentang medis, bahkan melebihi dokternya.
"Mungkin saja keterangan yang didapatnya belum terlalu jelas dan lengkap. Jadi kayak menggurui, kita juga jadi nggak enak," keluh dr Titi Sekarindah, dokter gizi yang berpraktik di RS Pusat Pertamina saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (18/3/2015).
Terkadang pasien seperti ini mengajak dokter berdiskusi panjang lebar bukan benar-benar ingin tahu, tetapi hanya ingin dianggap cerdas. Bahkan ada juga pasien yang menentukan sendiri tindakan apa saja yang ia inginkan dan meminta dokter menuruti kemauannya.
"Misalnya dia mau langsung di-rontgen atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) padahal penyakitnya tidak diindikasikan ke sana. Kalau yang begini ya kita luruskan aja, tetap informasikan langkah yang rasional," tutur dr Marius Widjajarta, Direktur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI).
Menghadapi pasien yang rewel seperti ini, para dokter dituntut untuk sabar. Kemampuan mereka untuk menjaga mood sangat diperlukan, sebab sesudah melayani pasien tersebut masih akan berhadapan dengan pasien lain yang mungkin benar-benar butuh berdiskusi tentang kesehatannya.
"Kalau dokter yang bener sih harusnya nggak merasa kesal. Itu kan hak pasien untuk mengetahuinya. Ada kok undang-undangnya," tandas dr Marius.
Baca juga: 4 Pertimbangan Saat Mencari Second Opinion dari Dokter Lain
(up/vta)