"Air kencing berbusa terjadi karena protein berlebih," ujar dr Sigit Solihin, SpU dari RS Bunda Menteng dan RS Asri Duren Tiga dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (27/5/2015).
Untuk diketahui, jika seseorang mengonsumsi protein dalam jumlah terlalu tinggi maka tidak akan diserap sempurna oleh tubuh. Akhirnya sisa protein akan dibuang melalui urine, sehingga kinerja ginjal menjadi lebih berat.
Baca juga: Terlalu Banyak Konsumsi Protein, Pengaruhnya Bisa ke Ginjal
dr Inge Permadhi SpGK, dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi mengatakan takaran normal protein yang diasup adalah 10-12 persen dari total nutrisi dalam sehari.
Urine juga bisa mengandung protein (proteinuria) apabila tubuh tidak bisa mencerna protein dengan sempurna. Kondisi ini bisa jadi salah satu tanda kondisi sindrom nefrotik, yakni kumpulan gejala dari gangguan fungsi ginjal.
"Biasanya proteinnya lebih dari 3,5 gram/24 jam. Lalu disertai juga dengan adanya peningkatan kadar kolesterol darah atau lipid (lemak). Dalam pemeriksaan laboratorium, biasanya dicek kolesterolnya ditambah dengan kadar albumin rendah, yaitu kurang dari 3,5 gram/dL," ujar dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM, Prof Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH, beberapa waktu lalu.
Gangguan ini terjadi bila pembuluh darah kecil dalam ginjal mengalami kerusakan sehingga mereka tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik, seperti menyaring limbah dan kelebihan air dari dalam darah.
Ini berarti jika seseorang mengalami sindrom nefrotik, biasanya kadar protein dalam urine dan kadar kolesterol menjadi tinggi. Sebaliknya, kadar protein dalam darah menjadi rendah.
Menurut dr Sigit Solihin, jika busa dalam urine hanya terjadi sesekali saja, tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Akan tetapi jika berlangsung terus-menerus, ada baiknya berkonsultasi ke spesialis penyakit dalam.
Baca juga: Sindrom Nefrotik, Saat Fungsi Ginjal Untuk 'Menyaring' Protein Terganggu
(Nurvita Indarini/Nurvita Indarini)











































