"Karena disleksia bukan penyakit akut seperti batuk, pilek, TBC, kita enggak menyebut disleksia sembuh. Disleksia itu kondisi yang akan menetap sampai dewasa karena genetik kan," terang ketua Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) dr Kristiantini Dewi, Sp(A).
Namun, bukan berarti orang dengan disleksia tidak bisa memiliki hidup yang berkualitas. Diungkapkan dr Tian, begitu ia akrab disapa, setelah diberi intervensi, diharapkan bagian-bagian terbaik dari individu tersebut bisa tereksplor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kerjasama Orang Tua dan Guru Penting Demi Prestasi Anak dengan Disleksia
Sayangnya, menurut dr Tian, kelebihan dan kehebatan-kehebatan yang dimiliki orang dengan disleksia dan sudah muncul tak pernah diapresiasi. Padahal, kemampuan yang dimiliki individu tersebut sudah sepatutnya dikembangkan.
Agar orang dengan disleksia bisa memiliki hidup yang berkualitas dan berprestasi, perlu peran dari masyarakat untuk memahami kondisi ini dan jangan sampai salah mengelola kondisi tersebut.
"Jangan sampai orang yang bisa berpikir out of the box ini sia-sia," ujar dr Tian.
Bertepatan dengan bulan disleksia yang jatuh setiap bulan Oktober, ADI berusaha lebih gencar meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap disleksia dengan mengampanyekan #bulanpedulisdisleksia.
Baca juga: Deteksi Dini Disleksia Bisa Dilihat dari Kemampuan Bicara Anak (rdn/up)











































