Dawwi Raissa (15) adalah salah satu anak yang harus memiiki disleksia untuk seumur hidupnya. Kondisinya dicurigai mulai muncul saat usia 4,5 tahun, dan baru terdiagnosa disleksia pada usia 6 tahun. Berbagai macam terapi telah dijalaninya, dan pada akhirnya kini Dawwi telah duduk di bangku SMP. Banyak sekali perjuangan yang harus dilalui Dawwi dalam menjalani hari-harinya dengan disleksia.
"Saat Dawwi mulai didiagnosa memiliki disleksia, langsung kami lakukan terapi-terapi seperti terapi perilaku dan terapi remedial untuk melatih kemampuan softskillnya. Dulu kalau bicara masih suka ngaclok-ngaclok," ujar Erlyza Sasa, orang tua dari Dawwi ketika diwawancarai detikHealth dan ditulis pada Rabu (28/10/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Banyak Ngaco Saat Kirim SMS, Tak Tahunya Gejala Stroke
Dalam membimbing anak dengan disleksia, Erlyza mengatakan bahwa kuncinya adalah untuk memberikan kepercayaan diri terlebih dahulu kepada anak dan baru kemudian merubah pola asuh. Hal tersebut penting agar anak tak minder dengan kondisinya dan bisa bergaul dengan orang lain.
Erlyza menekankan bahwa dalam mengasuh anak-anak yang spesial, harus menggunakan cara yang spesial pula. Orang tua tentu harus ekstra sabar menerima keadaan anak dan mau lebih capai bekerja sama dengan guru dan dokter dalam memberikan bimbingan.
"Dawwi yang bercita-cita menjadi pemilik kerata api Indonesia, katanya kalau kereta api dimiliki swasta nanti jadinya bagus seperti pesawat. Ini tandanya kan anak ini pintar. Maka sebagai orang tua kita harus tetap bangga dan menyayangi anak kita" lanjutnya.
"Harapan saya, anak-anak disleksia lain bisa beruntung dengan mendapatkan sekolah yang inklusif dan mau membimbing anak yang disleksia. Karena banyak juga sekolah yang tidak terlalu fokus kepada anak dengan disleksia," tutup Erlyza.
Baca juga: Mahasiswa UGM Kembangkan Game Untuk Terapi Penyandang Disleksia
(fds/up)











































