dr Dewi Friska, MKK, dari Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, mengatakan keluarga memiliki peran besar. Peran pertama adalah sebagai pengingat atau reminder bagi pasien.
"Misalnya ketika datang kontrol, kan sudah diberikan sama ahli gizi soal pengaturan pola makan. Ketika datangnya sama keluarga, nanti akan diingatkan lagi di rumah kalau misalnya makan harus pakai sayur atau nasinya jangan banyak-banyak," tutur dr Dewi, ditemui di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (KDK-FKUI) Kayu Putih, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain sebagai pengingat, anggota keluarga juga memiliki peran sebagai motivator. Anjuran aktivitas fisik pasien diabetes adalah 30 menit selama 3 hari dalam satu minggu. Pasien akan lebih mudah melakukannya jika dilakukan bersama-sama dengan keluarga.
Dikatakan dr Dewi, setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Pada anak misalnya, pengidap diabetes akan lebih senang melakukan kontrol ke dokter bersama karena dianggap lebih mampu mengartikan penjelasan yang diberikan oleh dokter.
"Kalau sama makanan, misalnya, istri lebih berperan. Pasien diabetes biasanya lebih mau nurut jika makanannya disiapkan sendiri oleh istri," ungkapnya lagi.
dr Indah Suci Widyahening, MS, MSc, CMFM, juga dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, FKUI, menyebut penatalaksanaan diabetes lebih efektif jika dilakukan bersama keluarga. Salah satu faktor risiko diabetes adalah adanya riwayat genetik. Karena itu, pengaturan pola makan dan aktivitas fisik memang sebaiknya dilakukan untuk satu keluarga.
"Jadi selain mencegah komplikasi pada orang tuanya, anak juga bisa mendapat manfaat pencegahan. Pola makan dan aktivitas fisik itu sejatinya bagian dari gaya hidup sehat dan semua masyarakat yang ingin sehat tentu harus melakukannya," tegas dr Indah.
Baca juga: (mrs/vit)











































