Diungkapkan Dr dr Rino Alvani Gani, SpPD, KGEH, FINASIM dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, risiko penularan hepatitis C pada pengguna NAPZA suntik cukup besar, bisa sampai 80 persen. Apalagi, jika penggunaan jarum suntiknya secara bergantian.
"Pada pengguna NAPZA kan ganti-ganti memasukkan obatnya ke pembuluh darah. Nah, saat itulah berbagai infeksi mulai dari HIV, hepatitis, atau penyakit lain risiko penularannua meningkat," tutur dr Rino saat berbincang dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kenali! Ini Bedanya Hepatitis A, B, C, D dan E
Pria yang akrab disapa Edo ini menambahkan, karena prevalensi pengguna narkotika suntik bergantian sangat tinggi, maka risiko penularan hepatitis dan penyakit lainnya juga ikut tinggi. Soal data soal hepatitis C pada pengguna NAPZA suntik di Indonesia, Edo mengatakan Indonesia belum memiliki data pasti.
" Walaupun begitu dari data yang kecil, prevalensi penggunaan jarum suntik dengan Hepatitis C lebih tinggi dibandingkan prevalensi pengguna jarum suntik dengan HIV-AIDS. Pengguna NAPZA dengan HIV-AIDS prevalensinya 30-70 persen sementara pengguna NAPZA yang terinfeksi hepatitis C prevalensinya 60-90 persen," lanjut Edo.
Terkait hal ini, Edo turut menyinggung bahwa perhatian pemerintah pada HIV lebih besar. Sehingga, dengan data dan program sosialisasi HIV yang lengkap, hepatitis C seperti terlupakan.
"Pemerintah selalu berpikir hepatitis bukan sebuah prioritas, padahal secara keseluruhan pasien hepatitis C mencapai 3 juta orang di Indonesia dan 15.000 orang meninggal per tahun akibat hepatitis C," pungkas Edo.
Baca juga: PKBI: Pengguna Narkoba Suntik Cenderung Lakukan Seks Pra Nikah Tak Aman (rdn/vit)











































