Menteri Kesehatan Nila Moeloek tahun ini menghadiri acara puncak peringatan Hari AIDS Sedunia 2016 di Surabaya, Jawa Timur. Dalam sambutannya, Nila mengungkapkan bahwa Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang kasus HIV tertinggi di Indonesia, bersama DKI Jakarta, Papua, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menimpali bahwa jumlah kasus HIV di wilayahnya yang tercatat hingga bulan September 2016 adalah mencapai 36.881 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia menambahkan tingginya angka kasus ini bukan berarti tidak terkendali tetapi membuktikan keseriusan pemerintah dalam percepatan deteksi dini. "Tingginya kasus yang ditemukan ini juga karena kinerja dari seluruh pihak, relawan, termasuk TNI/Polri," imbuhnya.
Baca juga: 'Kalau Ada yang Tega Jauhi dan Mengusir ODHA, Itu Jahat Banget'
Menkes Nila memaklumi jika angka kasus HIV di Jawa Timur terbilang tinggi karena mobilitas populasinya yang tinggi. "Karena memang kasus HIV yang tinggi itu kan di kota-kota pelabuhan dan Jatim itu tinggi karena mobilisasi populasinya tinggi," lanjutnya.
Menariknya, di Jawa Timur, kampanye untuk melakukan tes HIV/AIDS juga melibatkan jajaran TNI, baik AL, AD dan AU. Kepala Pusat Kesehatan TNI, dr Ben Yura Rimba, MARS menyebut, kampanye tentang HIV/AIDS telah rutin dilaksanakan tiap apel pagi pada seluruh jajaran TNI.
"Target kami, 85 persen prajurit sudah memahami tentang hal ini," tuturnya dalam kesempatan yang sama.
Foto: Rahma Lillahi Sativa |
Menyusul heteroseksual, jumlah kasus HIV di Indonesia umumnya juga ditemukan pada pengguna jarum suntik tidak steril (11 persen); homoseksual (3 persen) serta penularan dari ibu ke anak (3 persen).
Di sisi lain, kasus AIDS tertinggi juga paling banyak ditemukan pada ibu rumah tangga, yaitu 10.626 kasus; penjaja seks 2.958 kasus dan mahasiswa/pelajar mencapai 1.764 kasus. "Itu artinya penularan virus ini justru lebih banyak ditemukan pada ibu rumah tangga, bukannya penjaja seks yang selama ini kita kira," imbuh Nila.
Menurut hematnya, hal ini hanya bisa diturunkan dengan perubahan perilaku. Untuk itu ia menyoroti pentingnya pemeriksaan HIV pada setiap ibu hamil untuk memastikan tidak ada penularan sama sekali.
"Anak yang dilahirkan jangan dijadikan korban. Karena anak yang dilahirkan dari ibu HIV positif akan ikut terserang HIV/AIDS dan harus minum ARV seumur hidup. Tapi dengan pemeriksaan dini, anak yang dilahirkan akan terhindar," paparnya.
Baca juga: 4 Kabar Soal Penularan HIV-AIDS Ini Hoax Belaka
Hari ini juga, Menkes Nila mencanangkan gerakan TOP (Temukan, Obati dan Pertahankan) untuk menguatkan gerakan kampanye HIV/AIDS di penjuru Indonesia. Otto Bambang Wahyudi, Sekretaris Komisi AIDS Jawa Timur menjelaskan, maksud dari gerakan ini adalah yang terpenting kesediaan masyarakat untuk melakukan deteksi dini.
"Setelah ditemukan, sebelum berkembang dari HIV ke AIDS, maka pengobatan segera diberikan, terlepas dari status HIV mereka," urainya kepada detikHealth.
Dalam kesempatan yang sama, Nila memberikan apresiasi kepada Soekarwo sebagai Kepala Daerah Peduli HIV/AIDS dan Kepala RSAL Dr Ramelan, dr IGN Nalendra sebagai rumah sakit peduli HIV/AIDS.
Sebagai bagian dari kampanye, Nila juga menyerahkan 200.000 rapid HIV test secara simbolis kepada Asisten Personil Panglima TNI, Bambang Samoedro untuk mendukung program kampanye dan deteksi HIV/AIDS dengan melibatkan TNI/Polri. (lll/vit)












































Foto: Rahma Lillahi Sativa