Philadelphia: Kisah Seorang Pria Raih Keadilan Usai Dipecat karena AIDS

Cinemathoscope

Philadelphia: Kisah Seorang Pria Raih Keadilan Usai Dipecat karena AIDS

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Kamis, 01 Des 2016 16:30 WIB
Philadelphia: Kisah Seorang Pria Raih Keadilan Usai Dipecat karena AIDS
Foto: YouTube
Jakarta - Kabar gembira pun menghampiri Andrew 'Andy' Beckett setelah beberapa tahun bekerja di sebuah firma hukum terkemuka; Wyant, Wheeler, Hellerman, Tetlow and Brown. Saat sedang lembur, ia mendadak dipanggil sang atasan ke ruangannya.

Siapa sangka hari itu juga Andy dipromosikan sebagai sebagai rekanan di firma tersebut, setelah sebelumnya diajak berdiskusi tentang sebuah kasus hukum yang berkaitan dengan hak paten.

Begitu dipromosikan, Andy langsung diserahi tugas untuk menangani sebuah kasus penting tersebut. Namun kemudian dalam sebuah percakapan santai, salah seorang rekanan menanyakan tentang luka memar di dahi kiri Andy. Pria muda ini hanya mengatakan dahinya terkena pukulan raket tenis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andy praktis hanya punya waktu 10 hari untuk menyiapkan seluruh berkas yang dibutuhkan. Namun ia berhasil melakukannya hanya dalam 9 hari, dan malam itu juga ia mencetak berkas-berkas itu di kantor dan menyiapkannya di atas meja.

Hari berikutnya Andy tak terlihat di kantor. Rupanya ia mengambil cuti sakit. Ada yang berbeda dengan wajahnya. Luka seperti memar di dahinya bertambah hingga ke sekitaran hidungnya. Dengan bantuan teman, ia mencoba mencari make up yang pas untuk menutupi memar-memar itu.

Tiba-tiba saja perutnya melilit hebat hingga harus dilarikan ke rumah sakit oleh beberapa temannya. Sayang dokter yang biasa menangani Andy juga sedang cuti. Ia hanya ditemani oleh kekasihnya, Miguel. Namun perhatian Andy kemudian teralihkan pada beberapa panggilan di pager-nya. Ia pun mencari telepon umum dan menghubungi kantor.

Hal yang mengejutkan terjadi, sebab kedua sekretarisnya kebingungan mencari berkas-berkas yang dibutuhkan untuk persidangan. Berkas-berkas yang sudah dipersiapkan Andy hilang begitu saja, termasuk soft file-nya di komputer.

Sebulan kemudian, Andy mendatangi seorang pengacara bernama Joe Miller. Kondisi Andy saat itu sudah memprihatinkan, karena wajahnya semakin pucat dan rambutnya habis. Kepada Joe, Andy mengaku telah dipecat oleh firma yang mempekerjakannya. Alasan mereka tak jauh-jauh dari keteledoran Andy dalam meletakkan berkas-berkas penting yang berkaitan dengan kasus yang ia tangani.

Kepada Joe, Andy menjelaskan bahwa berkas-berkas itu akhirnya ketemu namun di tempat yang tak terduga. Namun keesokan harinya, ia dipanggil lagi ke pertemuan rekanan dan dinyatakan resmi dipecat. Pria ini lantas menduga alasan pemecatannya adalah karena ia mengidap HIV-AIDS. Hanya saja sebagai firma besar, mereka diduga tak bisa menggunakan alasan itu lalu melakukan sabotase pada pekerjaan Andy. Padahal Andy merasa selama ini kinerjanya baik.

Sayang karena alasan personal, Joe menolak untuk menjadi pengacara Andy dalam menuntut keadilan kepada firmanya. Padahal bisa dibilang Joe adalah harapan terakhir Andy setelah 9 pengacara lain menolak mendampinginya, apalagi bekas firma Andy adalah yang terbesar di Philadelphia.

Setengah panik, Joe langsung meminta sekretarisnya untuk janji ketemu dokter sore itu juga. Tapi dokter langganan Joe memastikan HIV hanya bisa menular lewat cairan tubuh seperti darah, sperma dan cairan vagina, bukannya berjabat tangan. Tetapi begitu sang dokter bersiap mengambil sampel darah Joe untuk memastikan dirinya aman, ia buru-buru pergi.

Di rumah, Joe mendiskusikan hal ini dengan sang istri, Lisa. Satu hal yang digarisbawahi Lisa adalah Joe memang anti pada kaum homoseksual. Meski awalnya mengelak, ia kemudian mengakui hal ini. Fakta ini juga menunjukkan bahwa ia berseberangan dengan Lisa yang ternyata memiliki sejumlah saudara gay, walaupun ia menerima sang suami apa adanya.

Lalu bagaimana nasib Andy? Apakah Joe akan membantunya mengingat pria ini bersikap tak peduli, bahkan terkesan jijik pada Andy?

Kisah Andy di Peradilan

Foto: YouTube
Dua minggu kemudian, saat Joe tengah mempelajari sebuah kasus di perpustakaan, tanpa sengaja ia melihat Andy. Ia melihat seorang petugas perpustakaan membawakan Andy buku yang dibutuhkannya, tetapi begitu tahu apa yang dicari Andy, ia pun menawari pria malang ini untuk pindah ke ruangan khusus mereka. Nampaknya ia tahu Andy adalah seorang pasien HIV-AIDS. Meskipun nada bicaranya halus, sikap si petugas perpustakaan terlihat tak bisa menerima keberadaan Andy di ruang tersebut, hingga kemudian Joe menghampiri.

Joe awalnya hanya ingin basa-basi, tetapi karena respons Andy yang tak begitu ramah, ia pun berlalu. Namun karena penasaran, Joe kembali lagi ke meja Andy dan menanyakan hal-hal mendasar seperti bagaimana mereka bisa tahu jika memar di dahinya adalah gejala AIDS.

Andy lantas menjelaskan bahwa salah satu rekanan firmanya, Walter Kenton memiliki seorang staf paralegal bernama Melissa Benedict yang juga mengidap HIV-AIDS. Staf ini juga memiliki gejala yang sama di wajahnya, seperti luka memar di tubuh yang lama-lama menjadi borok, dan semua orang di kantornya tahu jika itu adalah gejala HIV-AIDS. Namun yang membuat Andy heran, staf ini tidak dipecat oleh Walter kendati mengalami isolasi.

Andy akhirnya menemukan preseden yang bisa dijadikan dasar tuntutannya, yaitu sebuah kasus di tahun 1973. Dalam kasus itu dikatakan, Mahkamah Agung memutuskan melindungi pasien HIV-AIDS bukan saja karena aktivitas mereka dibatasi oleh kondisi tersebut, tetapi juga karena buruknya stigma yang ditujukan pada orang-orang dengan penyakit AIDS. Apalagi pada saat itu sebagian besar pasien HIV-AIDS adalah kaum homoseksual.

Enam minggu kemudian, saat menonton sebuah pertandingan basket, Charles Wheeler menerima surat panggilan dari pengadilan yang diberikan langsung oleh Joe. Mantan atasan Andy itu pun marah besar. Namun secara tidak langsung ia mengakui bahwa alasannya memecat Andy memang karena HIV-AIDS yang dideritanya. Hanya saja ia merasa kebaikannya selama ini dibayar oleh kebohongan Andy yang menutupi penyakitnya.

Sembari menunggu peradilan, Andy dan Miguel mengunjungi rumah masa kecil Andy di Pennsylvania. Kebetulan saat itu adalah pesta ulang tahun pernikahan ayah ibunya yang ke-40. Andy disambut dengan baik oleh seluruh anggota keluarganya, termasuk keponakan-keponakannya. Dalam kesempatan itu, ia meminta dukungan kepada keluarganya agar proses peradilan yang dijalaninya lancar, dan ia terharu dengan dukungan yang mereka berikan.

Ketika peradilan dimulai tujuh bulan kemudian, Joe memberi pidato pembukaan dengan mengatakan bahwa ada dua alasan di balik pemecatan Andy, versi Andy dan versi eks firma hukumnya. Menurut Joe, keputusan Andy untuk menyembunyikan penyakitnya dilindungi oleh hukum. Di sisi lain, ketika firma hukum yang mempekerjakannya tahu Andy mengidap AIDS, mereka 'panik' lalu menghalalkan berbagai cara untuk mencari alasan pemecatan Andy.

Apa yang dilakukan mantan firma hukum Andy adalah seperti yang umumnya dilakukan kebanyakan orang ketika menghadapi pasien HIV-AIDS, yaitu menjauhi mereka, tetapi Joe menggarisbawahi bahwa apa yang mereka lakukan jika sampai memecatnya adalah sebuah pelanggaran hukum. Di sisi lain, pengacara eks firma Andy mengatakan kinerja Andy selama ini biasa-biasa saja. Dan perusahaan berkilah tidak tahu jika Andy mengidap HIV-AIDS, namun mereka menuduh karena dalam keadaan sekarat, Andy seolah-olah sedang mencari kambing hitam atas kondisinya.

Philadelphia: Kisah Seorang Pria Raih Keadilan Usai Dipecat karena AIDSFoto: YouTube


Sejumlah saksi yang dihadirkan dalam persidangan pun tentu ada yang ingin membantu, ada juga yang menjatuhkan Andy. Yang menjatuhkan kebanyakan karena tahu pria ini mengidap AIDS dan mereka melawan firma besar milik Charles. Seperti halnya salah satu klien yang pernah ditangani Andy. Sekretaris Andy yang bernama Jamey juga demikian, dan rekanan di mantan firma hukumnya, yaitu Walter yang melihat memar di kepala Andy yang tak lain adalah lesi Kaposi's Sarcoma, tumor pada kelenjar getah bening dan kulit yang lazim ditemukan pada pasien HIV-AIDS. Walter juga memperlihatkan sikap homofobia.

Akan tetapi mereka yang mendukung juga tidak serta-merta bisa menguatkan posisi Andy. Seperti halnya ketika Melissa dihadirkan sebagai saksi. Ia berusaha memberikan gambaran bahwa walaupun tak dipecat, ia tetap merasakan diskriminasi di tempatnya bekerja. Akan tetapi pengacara firma hukum Andy beralasan Melissa tertular HIV karena transfusi darah sehingga tak terhindarkan, sedangkan Andy murni karena gaya hidupnya yang dikatakan 'ceroboh'. Saat duduk di kursi saksi, Walter pun berpendapat hal yang sama sehingga ia lebih bersimpati kepada Melissa kendati ia menjauhi wanita ini.

Sebagian saksi lain mengaku sempat curiga dengan perubahan berat badan Andy yang drastis dan sering terlihat sangat kelelahan. Namun mereka tidak berani berspekulasi karena tahu Andy adalah pekerja keras dan rata-rata dari mereka memiliki hubungan yang baik dengan pria ini.

Di sisi lain, persidangan Andy memicu kontroversi di masyarakat. Sebagian besar karena kaitannya dengan kaum homoseksual di Amerika, meskipun kasusnya tidak mengungkit isu tersebut. Joe sendiri mendapatkan ejekan dari rekan-rekan sesama pengacara karena membela Andy, bahkan ia sempat dikira sesama gay. Namun pria ini teguh pada pendiriannya dan meyakini bahwa hukum telah dilanggar, terlepas dari apakah dia homoseksual atau tidak.

Bagaimana kelanjutan persidangan Andy? Apakah Andy bisa memenangkan tuntutannya bila fakta-fakta yang ada tampak memberatkannya?

Akhir Kisah Andy

Foto: YouTube
Persidangan Andy pun mendekati usai, dengan agenda sidang berikutnya menghadirkan Andy dan Charles di meja saksi. Namun bisa terlihat bahwa jelang persidangan itu tubuh Andy tampak semakin kurus, rambutnya semakin memutih, dan wajahnya begitu pucat.

Andy beruntung karena mendapatkan dukungan penuh tak hanya dari keluarganya, tetapi juga Miguel. Pria keturunan Latin ini begitu setia mendampingi Andy, bahkan ia sempat terlihat marah karena Andy ingin melewatkan pengobatannya pada suatu hari, tetapi tetap sibuk dengan buku-buku ilmu hukumnya. Miguel nampaknya mulai gelisah karena merasa waktu Andy tak lama lagi, tetapi Andy justru menggodanya dengan mengatakan akan membuat konsep pemakaman yang diinginkannya kelak. Mengalihkan pembicaraan, Andy pun melontarkan ide untuk menggelar pesta kostum dan mengundang seluruh teman-temannya, termasuk Joe dan sang istri.

Selepas pesta, Joe bermaksud mengajak Andy membahas persiapan untuk sidang berikutnya. Tetapi Andy sepertinya tak ingin membahas itu. Dalam perbincangan itu, Andy sempat berpesan kepada Joe bahwa ada kemungkinan besar ia takkan bertahan sampai persidangan usai. Ia pun mengutarakan keinginannya untuk mewariskan sebagian hartanya pada beberapa yayasan, termasuk kepada Miguel dan ia meminta Joe mencarikan pengacara untuk Miguel jika hal itu dibutuhkan.

Andy kemudian mengajak Joe mendengarkan musik klasik kesukaannya dan keduanya pun hanyut ke dalam alunan yang menyayat hati itu. Andy menjelaskan isi lagu itu seolah sedang membaca puisi, bahkan sampai menangis. Joe pun memilih undur diri dan begitu sampai rumah, ia langsung memeluk bayi dan istrinya erat-erat. Tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Keesokan harinya, Andy duduk di kursi saksi dan mengutarakan bagaimana ia direkrut oleh firma hukum tersebut dan betapa ia mengagumi Charles sebagai atasannya. Andy rupanya sempat berniat memberitahukan bahwa dirinya gay kepada Charles namun diurungkannya karena suatu insiden di sebuah klub tenis tiga tahun sebelumnya, di mana Charles melontarkan guyonan yang berkaitan dengan kaum gay dan sejenisnya. Andy pun menambahkan ia sangat mencintai pekerjaannya di dunia hukum. Namun satu hal yang paling disukainya adalah ia menjadi bagian dari penegakan keadilan, yang kemudian membuat Charles dan rekanannya merenungi apa yang mereka lakukan.

Hingga kemudian giliran pengacara Charles yang mengajukan pertanyaan, dan satu pertanyaan akhirnya mengungkap dari mana Andy bisa tertular HIV. Andy rupanya pernah berkunjung ke sebuah bioskop yang biasanya didatangi para gay bernama Stallion Showcase Cinema. Ironisnya ia pun pernah berhubungan seks dengan seseorang yang baru dikenalnya di sana, sehingga memunculkan dugaan dari situlah ia mendapatkan HIV. Andy juga diminta memperlihatkan lesi yang membuatnya ketahuan mengidap AIDS tetapi karena lesi di wajahnya sudah hilang, oleh Joe ia diminta membuka kemeja dan memperlihatkan lesi di dadanya, yang kemudian membuat seisi ruang sidang terkesiap ngeri. Diduga karena stres dengan pertanyaan pengacara Charles, Andy pun tampak mengusap wajahnya beberapa kali seperti kelelahan, meski akhirnya ia bisa bertahan.

Beberapa hari kemudian, giliran Charles yang duduk di kursi saksi dan ditanya alasannya memecat Andy. Ia juga menegaskan pandangannya tentang kaum gay, yang nampaknya membuat Andy stres. Andy yang saat itu wajahnya sudah jauh lebih pucat dari sebelumnya dan tampak tak bisa fokus mendengarkan kesaksian Charles kemudian berupaya meminta diri, namun ia keburu ambruk.

Juri kemudian mengadakan rapat untuk memutuskan apa jawaban mereka. Kepala juri mengaku bingung karena kinerja Andy dianggap medioker tetapi ia diserahi sebuah kasus yang sangat penting lantas memecatnya. Pernyataan ini berdampak pada jawaban juri tiga hari kemudian, di hari pemutusan perkara. Sebagian besar juri sepakat menghukum firma Wyant, Wheeler, Hellerman, Tetlow and Brown karena terbukti bersalah memecat Andy karena penyakitnya dan menuntut firma itu membayar ganti rugi lebih dari 4 juta Dollar AS.

Selepas sidang, Joe langsung mendatangi Andy di rumah sakit. Terlihat sang dokter menjelaskan kepada keluarga Andy, dan juga Miguel tentang kondisinya saat ini. Sebagian penglihatannya hilang karena telah terenggut CMV, dan ia akan bergantung sepenuhnya pada orang lain. Begitu memasuki kamar rawat Andy, ia telah dikelilingi oleh keluarga besarnya. Andy telah kehilangan rambutnya dan harus dipasangi alat bantu pernapasan. Andy lantas berterima kasih pada Joe dan Joe mengaku senang karena bisa bekerja dengan Andy, lalu pamit. Joe berharap bisa bertemu lagi keesokan hari. Setelah Joe, giliran satu-persatu anggota keluarganya pamit dan mengucapkan harapan yang sama pada Andy, bertemu lagi dengannya esok hari.

Tinggallah Andy dan Miguel saja. Saat itulah Andy berkata ia sudah siap, sembari tersenyum. Malam itu juga ia mendapatkan panggilan telepon dari Miguel yang kemungkinan mengabarkan bahwa Andy telah menghembuskan napas terakhirnya. Selepas pemakaman, seluruh anggota keluarga, teman dan kenalan Andy, termasuk Joe, berkumpul di apartemen Andy dan mengenang kepergiannya. Mereka menghabiskan waktu untuk menonton video masa kecil Andy yang bahagia, dan berharap ia juga pergi dalam kebahagiaan yang sama.

Film ini menunjukkan betapa buruknya diskriminasi yang ditunjukkan masyarakat pada pengidap HIV-AIDS saat itu, apalagi karena sebagian besar pasien kondisi ini adalah pelaku homoseksual. Meski Andy tertular HIV karena kesalahannya sendiri, tetapi perlakuan diskriminatif yang didapatkannya dan buruknya stigma yang didapat pasien HIV-AIDS terbukti memicu stres yang kemudian memperburuk kondisinya.

Philadelphia diklaim sebagai film mainstream pertama yang mengisahkan perjuangan seorang ODHA dalam menepis diskriminasi. Film yang mengambil setting di tahun 1990-an ini juga dianggap penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang apa yang dihadapi ODHA di tengah stigma. Bonus, Anda bisa lihat ketampanan aktor Tom Hanks dan Antonio Banderas saat masih belia. Selamat hari AIDS sedunia!

Halaman 2 dari 3
Dua minggu kemudian, saat Joe tengah mempelajari sebuah kasus di perpustakaan, tanpa sengaja ia melihat Andy. Ia melihat seorang petugas perpustakaan membawakan Andy buku yang dibutuhkannya, tetapi begitu tahu apa yang dicari Andy, ia pun menawari pria malang ini untuk pindah ke ruangan khusus mereka. Nampaknya ia tahu Andy adalah seorang pasien HIV-AIDS. Meskipun nada bicaranya halus, sikap si petugas perpustakaan terlihat tak bisa menerima keberadaan Andy di ruang tersebut, hingga kemudian Joe menghampiri.

Joe awalnya hanya ingin basa-basi, tetapi karena respons Andy yang tak begitu ramah, ia pun berlalu. Namun karena penasaran, Joe kembali lagi ke meja Andy dan menanyakan hal-hal mendasar seperti bagaimana mereka bisa tahu jika memar di dahinya adalah gejala AIDS.

Andy lantas menjelaskan bahwa salah satu rekanan firmanya, Walter Kenton memiliki seorang staf paralegal bernama Melissa Benedict yang juga mengidap HIV-AIDS. Staf ini juga memiliki gejala yang sama di wajahnya, seperti luka memar di tubuh yang lama-lama menjadi borok, dan semua orang di kantornya tahu jika itu adalah gejala HIV-AIDS. Namun yang membuat Andy heran, staf ini tidak dipecat oleh Walter kendati mengalami isolasi.

Andy akhirnya menemukan preseden yang bisa dijadikan dasar tuntutannya, yaitu sebuah kasus di tahun 1973. Dalam kasus itu dikatakan, Mahkamah Agung memutuskan melindungi pasien HIV-AIDS bukan saja karena aktivitas mereka dibatasi oleh kondisi tersebut, tetapi juga karena buruknya stigma yang ditujukan pada orang-orang dengan penyakit AIDS. Apalagi pada saat itu sebagian besar pasien HIV-AIDS adalah kaum homoseksual.

Enam minggu kemudian, saat menonton sebuah pertandingan basket, Charles Wheeler menerima surat panggilan dari pengadilan yang diberikan langsung oleh Joe. Mantan atasan Andy itu pun marah besar. Namun secara tidak langsung ia mengakui bahwa alasannya memecat Andy memang karena HIV-AIDS yang dideritanya. Hanya saja ia merasa kebaikannya selama ini dibayar oleh kebohongan Andy yang menutupi penyakitnya.

Sembari menunggu peradilan, Andy dan Miguel mengunjungi rumah masa kecil Andy di Pennsylvania. Kebetulan saat itu adalah pesta ulang tahun pernikahan ayah ibunya yang ke-40. Andy disambut dengan baik oleh seluruh anggota keluarganya, termasuk keponakan-keponakannya. Dalam kesempatan itu, ia meminta dukungan kepada keluarganya agar proses peradilan yang dijalaninya lancar, dan ia terharu dengan dukungan yang mereka berikan.

Ketika peradilan dimulai tujuh bulan kemudian, Joe memberi pidato pembukaan dengan mengatakan bahwa ada dua alasan di balik pemecatan Andy, versi Andy dan versi eks firma hukumnya. Menurut Joe, keputusan Andy untuk menyembunyikan penyakitnya dilindungi oleh hukum. Di sisi lain, ketika firma hukum yang mempekerjakannya tahu Andy mengidap AIDS, mereka 'panik' lalu menghalalkan berbagai cara untuk mencari alasan pemecatan Andy.

Apa yang dilakukan mantan firma hukum Andy adalah seperti yang umumnya dilakukan kebanyakan orang ketika menghadapi pasien HIV-AIDS, yaitu menjauhi mereka, tetapi Joe menggarisbawahi bahwa apa yang mereka lakukan jika sampai memecatnya adalah sebuah pelanggaran hukum. Di sisi lain, pengacara eks firma Andy mengatakan kinerja Andy selama ini biasa-biasa saja. Dan perusahaan berkilah tidak tahu jika Andy mengidap HIV-AIDS, namun mereka menuduh karena dalam keadaan sekarat, Andy seolah-olah sedang mencari kambing hitam atas kondisinya.

Philadelphia: Kisah Seorang Pria Raih Keadilan Usai Dipecat karena AIDSFoto: YouTube


Sejumlah saksi yang dihadirkan dalam persidangan pun tentu ada yang ingin membantu, ada juga yang menjatuhkan Andy. Yang menjatuhkan kebanyakan karena tahu pria ini mengidap AIDS dan mereka melawan firma besar milik Charles. Seperti halnya salah satu klien yang pernah ditangani Andy. Sekretaris Andy yang bernama Jamey juga demikian, dan rekanan di mantan firma hukumnya, yaitu Walter yang melihat memar di kepala Andy yang tak lain adalah lesi Kaposi's Sarcoma, tumor pada kelenjar getah bening dan kulit yang lazim ditemukan pada pasien HIV-AIDS. Walter juga memperlihatkan sikap homofobia.

Akan tetapi mereka yang mendukung juga tidak serta-merta bisa menguatkan posisi Andy. Seperti halnya ketika Melissa dihadirkan sebagai saksi. Ia berusaha memberikan gambaran bahwa walaupun tak dipecat, ia tetap merasakan diskriminasi di tempatnya bekerja. Akan tetapi pengacara firma hukum Andy beralasan Melissa tertular HIV karena transfusi darah sehingga tak terhindarkan, sedangkan Andy murni karena gaya hidupnya yang dikatakan 'ceroboh'. Saat duduk di kursi saksi, Walter pun berpendapat hal yang sama sehingga ia lebih bersimpati kepada Melissa kendati ia menjauhi wanita ini.

Sebagian saksi lain mengaku sempat curiga dengan perubahan berat badan Andy yang drastis dan sering terlihat sangat kelelahan. Namun mereka tidak berani berspekulasi karena tahu Andy adalah pekerja keras dan rata-rata dari mereka memiliki hubungan yang baik dengan pria ini.

Di sisi lain, persidangan Andy memicu kontroversi di masyarakat. Sebagian besar karena kaitannya dengan kaum homoseksual di Amerika, meskipun kasusnya tidak mengungkit isu tersebut. Joe sendiri mendapatkan ejekan dari rekan-rekan sesama pengacara karena membela Andy, bahkan ia sempat dikira sesama gay. Namun pria ini teguh pada pendiriannya dan meyakini bahwa hukum telah dilanggar, terlepas dari apakah dia homoseksual atau tidak.

Bagaimana kelanjutan persidangan Andy? Apakah Andy bisa memenangkan tuntutannya bila fakta-fakta yang ada tampak memberatkannya?

Persidangan Andy pun mendekati usai, dengan agenda sidang berikutnya menghadirkan Andy dan Charles di meja saksi. Namun bisa terlihat bahwa jelang persidangan itu tubuh Andy tampak semakin kurus, rambutnya semakin memutih, dan wajahnya begitu pucat.

Andy beruntung karena mendapatkan dukungan penuh tak hanya dari keluarganya, tetapi juga Miguel. Pria keturunan Latin ini begitu setia mendampingi Andy, bahkan ia sempat terlihat marah karena Andy ingin melewatkan pengobatannya pada suatu hari, tetapi tetap sibuk dengan buku-buku ilmu hukumnya. Miguel nampaknya mulai gelisah karena merasa waktu Andy tak lama lagi, tetapi Andy justru menggodanya dengan mengatakan akan membuat konsep pemakaman yang diinginkannya kelak. Mengalihkan pembicaraan, Andy pun melontarkan ide untuk menggelar pesta kostum dan mengundang seluruh teman-temannya, termasuk Joe dan sang istri.

Selepas pesta, Joe bermaksud mengajak Andy membahas persiapan untuk sidang berikutnya. Tetapi Andy sepertinya tak ingin membahas itu. Dalam perbincangan itu, Andy sempat berpesan kepada Joe bahwa ada kemungkinan besar ia takkan bertahan sampai persidangan usai. Ia pun mengutarakan keinginannya untuk mewariskan sebagian hartanya pada beberapa yayasan, termasuk kepada Miguel dan ia meminta Joe mencarikan pengacara untuk Miguel jika hal itu dibutuhkan.

Andy kemudian mengajak Joe mendengarkan musik klasik kesukaannya dan keduanya pun hanyut ke dalam alunan yang menyayat hati itu. Andy menjelaskan isi lagu itu seolah sedang membaca puisi, bahkan sampai menangis. Joe pun memilih undur diri dan begitu sampai rumah, ia langsung memeluk bayi dan istrinya erat-erat. Tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Keesokan harinya, Andy duduk di kursi saksi dan mengutarakan bagaimana ia direkrut oleh firma hukum tersebut dan betapa ia mengagumi Charles sebagai atasannya. Andy rupanya sempat berniat memberitahukan bahwa dirinya gay kepada Charles namun diurungkannya karena suatu insiden di sebuah klub tenis tiga tahun sebelumnya, di mana Charles melontarkan guyonan yang berkaitan dengan kaum gay dan sejenisnya. Andy pun menambahkan ia sangat mencintai pekerjaannya di dunia hukum. Namun satu hal yang paling disukainya adalah ia menjadi bagian dari penegakan keadilan, yang kemudian membuat Charles dan rekanannya merenungi apa yang mereka lakukan.

Hingga kemudian giliran pengacara Charles yang mengajukan pertanyaan, dan satu pertanyaan akhirnya mengungkap dari mana Andy bisa tertular HIV. Andy rupanya pernah berkunjung ke sebuah bioskop yang biasanya didatangi para gay bernama Stallion Showcase Cinema. Ironisnya ia pun pernah berhubungan seks dengan seseorang yang baru dikenalnya di sana, sehingga memunculkan dugaan dari situlah ia mendapatkan HIV. Andy juga diminta memperlihatkan lesi yang membuatnya ketahuan mengidap AIDS tetapi karena lesi di wajahnya sudah hilang, oleh Joe ia diminta membuka kemeja dan memperlihatkan lesi di dadanya, yang kemudian membuat seisi ruang sidang terkesiap ngeri. Diduga karena stres dengan pertanyaan pengacara Charles, Andy pun tampak mengusap wajahnya beberapa kali seperti kelelahan, meski akhirnya ia bisa bertahan.

Beberapa hari kemudian, giliran Charles yang duduk di kursi saksi dan ditanya alasannya memecat Andy. Ia juga menegaskan pandangannya tentang kaum gay, yang nampaknya membuat Andy stres. Andy yang saat itu wajahnya sudah jauh lebih pucat dari sebelumnya dan tampak tak bisa fokus mendengarkan kesaksian Charles kemudian berupaya meminta diri, namun ia keburu ambruk.

Juri kemudian mengadakan rapat untuk memutuskan apa jawaban mereka. Kepala juri mengaku bingung karena kinerja Andy dianggap medioker tetapi ia diserahi sebuah kasus yang sangat penting lantas memecatnya. Pernyataan ini berdampak pada jawaban juri tiga hari kemudian, di hari pemutusan perkara. Sebagian besar juri sepakat menghukum firma Wyant, Wheeler, Hellerman, Tetlow and Brown karena terbukti bersalah memecat Andy karena penyakitnya dan menuntut firma itu membayar ganti rugi lebih dari 4 juta Dollar AS.

Selepas sidang, Joe langsung mendatangi Andy di rumah sakit. Terlihat sang dokter menjelaskan kepada keluarga Andy, dan juga Miguel tentang kondisinya saat ini. Sebagian penglihatannya hilang karena telah terenggut CMV, dan ia akan bergantung sepenuhnya pada orang lain. Begitu memasuki kamar rawat Andy, ia telah dikelilingi oleh keluarga besarnya. Andy telah kehilangan rambutnya dan harus dipasangi alat bantu pernapasan. Andy lantas berterima kasih pada Joe dan Joe mengaku senang karena bisa bekerja dengan Andy, lalu pamit. Joe berharap bisa bertemu lagi keesokan hari. Setelah Joe, giliran satu-persatu anggota keluarganya pamit dan mengucapkan harapan yang sama pada Andy, bertemu lagi dengannya esok hari.

Tinggallah Andy dan Miguel saja. Saat itulah Andy berkata ia sudah siap, sembari tersenyum. Malam itu juga ia mendapatkan panggilan telepon dari Miguel yang kemungkinan mengabarkan bahwa Andy telah menghembuskan napas terakhirnya. Selepas pemakaman, seluruh anggota keluarga, teman dan kenalan Andy, termasuk Joe, berkumpul di apartemen Andy dan mengenang kepergiannya. Mereka menghabiskan waktu untuk menonton video masa kecil Andy yang bahagia, dan berharap ia juga pergi dalam kebahagiaan yang sama.

Film ini menunjukkan betapa buruknya diskriminasi yang ditunjukkan masyarakat pada pengidap HIV-AIDS saat itu, apalagi karena sebagian besar pasien kondisi ini adalah pelaku homoseksual. Meski Andy tertular HIV karena kesalahannya sendiri, tetapi perlakuan diskriminatif yang didapatkannya dan buruknya stigma yang didapat pasien HIV-AIDS terbukti memicu stres yang kemudian memperburuk kondisinya.

Philadelphia diklaim sebagai film mainstream pertama yang mengisahkan perjuangan seorang ODHA dalam menepis diskriminasi. Film yang mengambil setting di tahun 1990-an ini juga dianggap penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang apa yang dihadapi ODHA di tengah stigma. Bonus, Anda bisa lihat ketampanan aktor Tom Hanks dan Antonio Banderas saat masih belia. Selamat hari AIDS sedunia!

(lll/vit)

Hari AIDS Sedunia
18 Konten
Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember. Masyarakat diingatkan bagaimana penularan HIV-AIDS, melakukan tes HIV secara berkala, menghindari penularannya dan tidak menstigma ODHA.
Berita Terkait