Praktik kecantikan abal-abal yang dilakukan owner 'Ria Beauty' diungkap kepolisian. Ria Agustina, dokter palsu lulusan perikanan melakukan perawatan kecantikan tanpa izin dan tidak sesuai standar.
"Padahal, sesungguhnya yang bersangkutan atau para tersangka ini tidak punya kualifikasi, tidak memiliki surat izin praktik sebagai tenaga medis dan sesungguhnya salah satu tersangka (Ria) ini memiliki gelar sarjana perikanan," ungkap Ade Ary di Polda Metro Jaya, Jumat (6/12/2024).
Belakangan terungkap biaya sekali perawatan di klinik tersebut bisa mencapai puluhan juta rupiah. Bahkan ada beberapa treatment eksklusif dengan produk-produk yang mengandung emas. Biaya satu kali perawatan bisa mencapai Rp 85 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tersangka melakukan praktik dermaroller yang menjanjikan bisa menghilangkan bopeng. Namun, alat-alat hingga produk yang digunakan tidak memenuhi standar ketentuan.
Spesialis dermatologi Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpDVE, Subsp.OBK, FINSDV, FAADV mengatakan ada beberapa alasan masyarakat masih banyak yang mendatangi klinik abal-abal. Pertama, iklan yang berlebihan dan menyesatkan.
Klinik tanpa latar belakang medis yang jelas seringkali memanfaatkan celah dalam regulasi iklan. Mereka menampilkan promosi yang berlebihan, menjanjikan hasil yang luar biasa, bahkan "garansi" kesembuhan atau perbaikan instan.
"Testimoni palsu, foto "sebelum-sesudah" yang terkesan dramatis, serta kata-kata bombastis digunakan untuk memikat pasien," kata dr Darma kepada detikcom, Senin (9/12/2024).
Di sisi lain, dokter yang memiliki pendidikan dan lisensi medis terikat oleh kode etik kedokteran tidak boleh menjanjikan hasil yang berlebihan, menyombongkan keahlian, atau memberikan garansi hasil tertentu karena setiap pasien unik dan respons terhadap terapi harus terbukti secara ilmiah.
Next: Kurang Edukasi
Kemudian, kurangnya edukasi masyarakat. dr Darma menyayangkan tidak semua orang menyadari pentingnya mendapatkan perawatan kulit dari tenaga medis kompeten. Minimnya pemahaman tentang perbedaan antara klinik medis yang dijalankan dokter berpengalaman dengan klinik asal-asalan membuat masyarakat mudah tertarik oleh janji-janji palsu.
"Mereka mungkin tidak mengetahui risiko infeksi, efek samping jangka panjang, atau hasil yang justru memperburuk kondisi kulit jika perawatan dilakukan oleh orang yang tidak paham anatomi dan fisiologi kulit serta tidak memiliki pengetahuan medis yang memadai," jelas dr Darma.
Faktor ketiga yakni keinginan mendapatkan hasil yang instan tanpa proses perawatan yang benar-benar teruji ilmiah. Padahal, prosedur estetika medis yang aman, efektif, dan terbukti ilmiah umumnya membutuhkan tahapan, waktu pemulihan, dan evaluasi berkala.
"Klinisi abal-abal memanfaatkan "keinginan instan" tersebut dengan memberikan janji hasil cepat, padahal kenyataannya kualitas kulit tidak dapat diperbaiki secara instan tanpa risiko dan tanpa pendekatan medis yang tepat," tandasnya.











































