Diungkapkan psikolog anak dan remaja dari RS Mayapada Jakarta Selatan, Adisti F Soegoto MPsi, Psikolog, BFRP, mengajari anak dengan autisme tanda bahaya perlu dilihat apa jenis bahayanya. Misalkan penculikan atau pencopetan. Dengan kata lain, ajari anak satu topik kejahatan yang spesifik.
"Kalau kita bilang dia harus waspada terhadap kejahatan, itu terlalu luas karena kejahatan itu apa, ini kan konsep abstrak, luas, dan banyak sekali kejahatan. Jadi memang kita perlu breakdown yang spesifik," tutur Disti ditemui di RS Mayapada Jakarta Selatan baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ayah Ibu Hendak Pergi, Baiknya Jangan Tinggalkan Anak Diam-diam
Kemudian, jika anak kuliah menggunakan kereta, ajadi dia untuk waspada pada pencopetan. Awalnya, jabarkan pada anak bahwa pencopetan yakni ketika ada orang yang mengambil barang si anak tanpa sepengetahuannya. Kemudian, ajari anak jika naik kereta apa yang harus dilakukan agar terhindar dari copet.
"Mereka itu kan akan patuh pada prosedur, jadi kasih rules-nya. Tas jangan ditaruh di belakang, harus taro di depan kemudian tas dalam keadaan tertutup. Terus kalau kereta penuh tasnya taruh di depan, dipeluk tasnya. Atau ketika di kereta ada yang mendesak-desak dia, dia harus waspada," lanjut Disti yang juga praktik di Klinik Tumbuh Kembang Kancil, Duren Tiga ini.
Terkait pelecehan seksual, menurut Disti ini bisa dilatih sejak dini pada anak. Salah satu caranya ajari anak mana bagian tubuh yang boleh atau tidak boleh disentuh. Disti mengingatkan, pengajaran ini diberikan tidak hanya untuk individu dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) saja tetapi juga anak-anak pada umumnya.
"Kita perlu bentengi mana bagian tubuh yang boleh dipegang atau nggak. Gampangnya yang ketutup baju nggak boleh dipegang seperti paha, dada, payudara, perut, dan sebagainya.
Lalu misal anak perempuan yang boleh membantu dia mandi hanya mamanya dan si mbaknya, supaya dia belajar mana (bagian tubuh) yang boleh disentuh dan tidak," tambah Disti.
Soal sentuhan yang boleh dan tidak juga bisa diajarkan melalui bersalaman yakni bersalaman seperti apa yang boleh dilakukan. Lalu, siapa saja yang boleh membelai anak, siapa saja yang boleh menciumnya dan di bagian mana ia dicium, di kening atau di pipi misalnya.
Baca juga: Waspada, Anak Korban Bullying Rentan Tumbuh Gemuk
(rdn/vit)











































