Begini Cara Mengenalkan Tanda Bahaya pada Anak dengan Autisme

Begini Cara Mengenalkan Tanda Bahaya pada Anak dengan Autisme

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 05 Apr 2017 17:32 WIB
Begini Cara Mengenalkan Tanda Bahaya pada Anak dengan Autisme
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Mengajari anak tanda bahaya menjadi hal yang penting supaya mereka bisa waspada terhadap tindak kejahatan. Nah, pada anak dengan autisme, bagaimana cara mengajari mereka mengenali tanda bahaya?

Diungkapkan psikolog anak dan remaja dari RS Mayapada Jakarta Selatan, Adisti F Soegoto MPsi, Psikolog, BFRP, mengajari anak dengan autisme tanda bahaya perlu dilihat apa jenis bahayanya. Misalkan penculikan atau pencopetan. Dengan kata lain, ajari anak satu topik kejahatan yang spesifik.

"Kalau kita bilang dia harus waspada terhadap kejahatan, itu terlalu luas karena kejahatan itu apa, ini kan konsep abstrak, luas, dan banyak sekali kejahatan. Jadi memang kita perlu breakdown yang spesifik," tutur Disti ditemui di RS Mayapada Jakarta Selatan baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalkan bahaya penculikan, orang tua bisa memberi tahu anak untuk tidak bicara dengan orang yang tidak dia kenal. Atau, katakan pada anak jangan mau jika ada orang lain yang menawarkan makanan, minuman atau mainan. Penjabaran apa yang tidak boleh dilakukan dan bagaimana merespons, kata Disti mesti disampaikan dengan detail.

Baca juga: Ayah Ibu Hendak Pergi, Baiknya Jangan Tinggalkan Anak Diam-diam

Kemudian, jika anak kuliah menggunakan kereta, ajadi dia untuk waspada pada pencopetan. Awalnya, jabarkan pada anak bahwa pencopetan yakni ketika ada orang yang mengambil barang si anak tanpa sepengetahuannya. Kemudian, ajari anak jika naik kereta apa yang harus dilakukan agar terhindar dari copet.

"Mereka itu kan akan patuh pada prosedur, jadi kasih rules-nya. Tas jangan ditaruh di belakang, harus taro di depan kemudian tas dalam keadaan tertutup. Terus kalau kereta penuh tasnya taruh di depan, dipeluk tasnya. Atau ketika di kereta ada yang mendesak-desak dia, dia harus waspada," lanjut Disti yang juga praktik di Klinik Tumbuh Kembang Kancil, Duren Tiga ini.

Terkait pelecehan seksual, menurut Disti ini bisa dilatih sejak dini pada anak. Salah satu caranya ajari anak mana bagian tubuh yang boleh atau tidak boleh disentuh. Disti mengingatkan, pengajaran ini diberikan tidak hanya untuk individu dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) saja tetapi juga anak-anak pada umumnya.

"Kita perlu bentengi mana bagian tubuh yang boleh dipegang atau nggak. Gampangnya yang ketutup baju nggak boleh dipegang seperti paha, dada, payudara, perut, dan sebagainya.

Lalu misal anak perempuan yang boleh membantu dia mandi hanya mamanya dan si mbaknya, supaya dia belajar mana (bagian tubuh) yang boleh disentuh dan tidak," tambah Disti.

Soal sentuhan yang boleh dan tidak juga bisa diajarkan melalui bersalaman yakni bersalaman seperti apa yang boleh dilakukan. Lalu, siapa saja yang boleh membelai anak, siapa saja yang boleh menciumnya dan di bagian mana ia dicium, di kening atau di pipi misalnya.

Baca juga: Waspada, Anak Korban Bullying Rentan Tumbuh Gemuk

(rdn/vit)

Berita Terkait