"Berat badan seorang anak akan sangat tergantung dengan kebutuhan nutrisinya tercukupi secara optimal atau tidak selama masa pertumbuhan," kata dr Meta Hanindita, SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (20/10/2015).
"Jika kebutuhan nutrisinya tidak optimal terpenuhi saat masa-masa pertumbuhan, tentu tumbuh kembangnya bisa tak optimal juga," imbuh dr Meta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jangan Disepelekan, Ini Dampak Negatif Stunting Bagi Kognitif Anak
Terkait postur anak kelak saat dewasa, menurut dr Meta, faktor genetika bisa berpengaruh. Misalnya jika ibunya gemuk dan bapaknya gemuk, maka kemungkinan besar secara genetik anaknya yang lahir gemuk pun akan gemuk juga kalau sudah besar.
Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan, Ir Doddy Izwardi, beberapa waktu lalu menyebut penelitian tahun 2013 menyebutkan bahwa anak usia 0-6 bulan yang lahir pendek (panjang kurang dari 48 cm) dan berat badan kurang dari 2,5 kg masih bisa dicegah agar tidak mengalami stunting. Caranya, dengan dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesaat setelah anak lahir kemudian pemberian ASI ekslusif sampai usia 6 bulan.
"Dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai usia 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI yang baik, kemudian mendapat imunisasi lengkap, kemungkinan dia tidak mengalami stunting sampai 90% lho, makanya harus dijaga benar-benar," kata Doddy.
Baca juga: Stunting Masih Bisa Dicegah Meski Anak Lahir Pendek dan Berbobot Rendah
Jaminan gizi seimbang yang didapat anak selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dilakukan melalui pengentasan masalah anemia pada ibu hamil, termasuk kunjungan neonatal dan perinatal yang sesuai anjuran.
Setelah anak berusia 2 tahun, diusahakan agar mereka tidak gemuk. Sebab menurut beberapa penelitian, lanjut Doddy, anak pendek dan gemuk lebih rentan terkena diabetes, kanker, dan penyakit jantung di umur 40-an tahun. (vit/up)











































