dr Lorin Hirsdh dari Tel Aviv University's Sackler Faculty of Medicine and Rabin Medical Center, Israel dan timnya menemukan bahwa persalinan pada kehamilan lewat waktu bahkan pada kehamilan berisiko rendah berhubungan dengan risiko jangka pendek di mana bayi dua kali lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Sehingga banyak dari mereka yang harus mendapatkan perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
"Ada wanita yang menolak induksi persalinan bahkan ketika kehamilannya sudah lewat waktu sampai dua minggu dan dokter sulit meyakinkan pasien untuk melakukan hal itu. Setidaknya, dengan penelitian ini tim medis bisa meyakinkan ibu meski kehamilan mereka tidak mengalami komplikasi dan bahkan mereka dipantau terus, ada risiko infeksi dan komplikasi lainnya," terang dr Hirsdh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk studi ini, dr Hirsdh dan tim mengamati catatan sekitar 23.500 wanita yang melahirkan di Rabin Medical Center dalam periode lima tahun. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok yakni ibu yang melahirkan di usia kehamilan 39-40 minggu, 41 minggu, dan 42 minggu atau lebih. dr Hirsdh menekankan semua ibu memiliki kehamilan berisiko rendah.
Dikutip dari Eurekalert, hasilnya diketahui bayi yang lahir di usia kehamilan di atas 42 minggu memiliki risiko dua kali tertular infeksi, mengalami kesulitan bernapas, dan dirawat di NICU dibandingkan bayi yang lahir di usia kehamilan 39-40 minggu. Untuk itu, dr Hirsdh mengingatkan meski kehamilannya berisiko rendah, sebaiknya ibu tidak menunda waktu melahirkan jika usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.
"Oleh karena itu masuk akal untuk menawarkan induksi pada wanita dengan kehamilan lewat waktu," ujar dr Hirsdh. Saat ini, ia dan timnya juga akan melakukan studi besar guna membahas efek persalinan di usia kehamilan lewat waktu terhadap perkembangan anak di kemudian hari.
Baca juga: Informasi Menakutkan Soal Persalinan Picu Tokophobia pada Ibu Hamil (rdn/vit)











































