Yang perlu diamati oleh orang tua saat anak terbentur adalah perhatikan keras atau tidaknya benturan, serta respons si bayi. Sebab pada dasarnya, benturan keras tentu bisa memengaruhi kondisi kepala bayi.
Struktur otak pada anak tak sama dengan orang dewasa. Pada anak, struktur otak belum sepenuhnya mengalami mielinisasi (proses pematangan selubung saraf), sehingga lebih mudah mengalami perlukaan jaringan yang dapat berakibat kontusio (luka memar), perdarahan dan kerusakan akson. Ditambah lagi, tulang kranium (ubun-ubun) masih tipis, sehingga tengkorak belum bisa secara sempurna melindungi jaringan otak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila pada tahap perkembangan ini kepala anak mengalami benturan yang cukup keras, maka akibatnya bisa lebih fatal ketimbang orang dewasa.
"Harus waspada kalau anak terbentur di daerah frontal (kepala bagian depan), karena merupakan bagian otak yang berfungsi untuk menyelesaikan masalah, kognitif (kecerdasan)," ungkap dr Attila Dewanti, SpA (K), dari Brawijaya Woman and Children Hospital.
Termasuk juga bisa kepala bayi terbentur lantai saat jatuh dari tempat tidur. Perhatikan bagaimana posisi bayi saat jatuh, bagian tubuh mana yang terbentur lantai, adakah benjolan di kepala setelahnya. Lalu dilihat respons bayi, apakah bayi lantas muntah, kejang atau bahkan tampak tak sadarkan diri.
Jika kondisinya sudah demikian, segera bawa anak ke dokter. Kemungkinan ia akan memerlukan pemeriksaan medis lebih lanjut.
Dikutip dari Children MD pada Senin (19/9/2016), ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah supaya bayi tak terbentur. Di antaranya adalah selalu awasi bayi dan jangan lengah saat menjaga bayi. Saat bepergian ada baiknya orang tua juga memakaikan car seat. Hindari juga pemakaian baby walker karena risiko bayi jatuh dan terbentur bisa menjadi lebih besar.
Baca juga: Demi Keamanan, Perlukah Menggunakan Crib Bumper di Boks si Kecil?
(ajg/vit)











































