Bagi para pencandu narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya) Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, mempunyai sebuah metode rehabilitasi yang berbeda dari biasa untuk menghilangkan ketergantungannya. Disebut metode kurikulum Inabah, para pecandu akan menerima rehabilitasi dengan pendekatan Islam.
Sesepuh Pesantren Suryalaya, KH Zaenal Abidin Anwar mengatakan bahwa pada dasarnya apa yang dilakukan saat pembinaan adalah untuk meluruskan tiga hal. Hal pertama yang diluruskan adalah hati nurani, pikiran, dan fungsi tubuh dari pecandu.
"Tiga hal ini kalau sudah berubah bisa jadi bibit mabuk. Bagaimana cara mengembalikan perasaan, pikiran, dan anggota tubuh yang sudah tidak normal lagi itu dengan cara orang agar jangan lupa dengan penciptanya," kata Zaenal ketika ditemui di kediamannya di Desa Tanjungkerta, Tasikmalaya, Jawa Barat, seperti ditulis Senin (12/1/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimulai sejak pukul 02:00 pagi, anak binaan pesantren sudah mulai melakukan ritual penyembuhan dengan mandi malam atau yang dikenal dengan mandi taubat. Kegiatan kemudian berlanjut dengan anak bina menjalankan berbagai amalan salat dan zikir sampai pukul 04:30.
Kegiatan amalan salat dan zikir yang hampir serupa dilakukan berulang pada pukul 09:00, 12:00, 15:00, 18:00, dan 21:00.
"Tujuan penerapan kurikulum di Inabah adalah agar anak bina memiliki arah yang jelas dalam perjalanan hidup dan mengembalikannya ke jalan yang benar serta diridhoi Allah," ujar Zaenal.
Pondok rehabilitasi yang telah berdiri sejak tahun 1981 ini dikatakan memiliki kesuksesan yang tinggi. Beberapa penelitian diceritakan Zaenal bahkan menyimpulkan keberhasilan terapi Inabah mencapai 80 hingga 92 persen.
Karena kesuksesan itu, rehabilitasi Inabah terus berkembang. Saat ini Zaenal mengatakan ada 31 Pondok Rehabilitasi Inabah yang ada di Indonesia dan dan beberapa bahkan ada di Malaysia.
(up/up)











































