Jakarta -
Tahapan paling awal untuk menyembuhkan kecanduan narkoba adalah detoksifikasi atau membuang racun-racun dari dalam tubuh. Proses ini menyakitkan, karena si pencandu akan mengalami gejala putus zat alias sakaw.
"Kalau mau dibayangkan, sakitnya putus zat untuk narkoba jenis heroin itu rasanya seperti kuku dicabutin satu-satu," kata dr Aisah Dahlan, pendiri Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, seperti ditulis Senin (12/1/2015).
Ada beragam metode yang umum dilakukan dalam tahap ini, namun prinsipnya kurang lebih sama yakni menahan seorang pecandu agar tidak memakai narkoba lagi sampai tes urine menunjukkan hasil negatif. Lamanya bervariasi pada setiap pecandu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Supaya nggak pakai, maka harus dijaga. Diisolasi, untuk menjamin intake racun benar-benar putus," jelas dr Aisah yang pernah mendapat penghargaan Sang Teladan dari sebuah perusahaan obat atas jasanya menyembuhkan ratusan Slanker (penggemar grup band Slank) dari kecanduan narkoba.
Seperti dipaparkan dr Aisah, beberapa metode yang digunakan untuk detoksifikasi adalah sebagai berikut:
1. Terapi simtomatis
Sesuai namanya, terapi ini menggunakan obat-obatan yang diberikan sesuai simtom atau gejala yang muncul. Pada masing-masing pecandu, gejala yang muncul saat mengalami putus obat alias sakaw bisa berbeda-beda.
"Waktu racun-racun itu keluar, rasanya sakit. Gejala sakit itulah yang disebut gejala putus zat. Obat kita berikan untuk membantu mengurangi gejala, supaya dia agak nyaman sedikit," kata dr Aisah.
2. Terapi substitusi
Ada beberapa jenis narkotika yang memang legal, namun hanya bisa digunakan atas resep dan petunjuk dokter. Narkotika yang legal ini sering diberikan secara terkontrol, sebagai substitusi atau pengganti dalam proses detoksifikasi.
"Misalnya kecanduan heroin, kita beri zat lain yang jenisnya sama dalam golongan narkotika, tapi di bawahnya," kata dr Aisah.
3. Rapid detoks opiat
Ada pula metode detoksifikasi narkoba yang menggunakan obat khusus untuk mengeluarkan racun. Metode ini digunakan hanya untuk kecanduan narkotika golongan opiat, misalnya heroin. Obat yang digunakan adalah anti opiat.
"Lebih cepat, cuma butuh 8-12 jam. Tapi mahal dan sakitnya lebih sakit dari biasa. Biasanya dibius dan ditidurkan," kata dr Aisah.
4. Cold Turkey
Metode lain yang digunakan adalah Cold Turkey, yang secara harfiah bisa diartikan Kalkun Pilek. Dinamakan demikian karena dalam praktiknya, metode ini membiarkan pecandu pasang badan untuk merasakan sakitnya sakaw. Begitu memprihatinkan kondisinya, sehingga diibaratkan seperti ayam kalkun sedang pilek.
"Efektif karena jadi nggak manja pasiennya. Jeleknya, lebih banyak yang nggak tahan memakai cara ini," kata dr Aisah.
Sesuai namanya, terapi ini menggunakan obat-obatan yang diberikan sesuai simtom atau gejala yang muncul. Pada masing-masing pecandu, gejala yang muncul saat mengalami putus obat alias sakaw bisa berbeda-beda.
"Waktu racun-racun itu keluar, rasanya sakit. Gejala sakit itulah yang disebut gejala putus zat. Obat kita berikan untuk membantu mengurangi gejala, supaya dia agak nyaman sedikit," kata dr Aisah.
Ada beberapa jenis narkotika yang memang legal, namun hanya bisa digunakan atas resep dan petunjuk dokter. Narkotika yang legal ini sering diberikan secara terkontrol, sebagai substitusi atau pengganti dalam proses detoksifikasi.
"Misalnya kecanduan heroin, kita beri zat lain yang jenisnya sama dalam golongan narkotika, tapi di bawahnya," kata dr Aisah.
Ada pula metode detoksifikasi narkoba yang menggunakan obat khusus untuk mengeluarkan racun. Metode ini digunakan hanya untuk kecanduan narkotika golongan opiat, misalnya heroin. Obat yang digunakan adalah anti opiat.
"Lebih cepat, cuma butuh 8-12 jam. Tapi mahal dan sakitnya lebih sakit dari biasa. Biasanya dibius dan ditidurkan," kata dr Aisah.
Metode lain yang digunakan adalah Cold Turkey, yang secara harfiah bisa diartikan Kalkun Pilek. Dinamakan demikian karena dalam praktiknya, metode ini membiarkan pecandu pasang badan untuk merasakan sakitnya sakaw. Begitu memprihatinkan kondisinya, sehingga diibaratkan seperti ayam kalkun sedang pilek.
"Efektif karena jadi nggak manja pasiennya. Jeleknya, lebih banyak yang nggak tahan memakai cara ini," kata dr Aisah.
(up/up)