Pesantren Suryalaya Obati Pecandu Secara Islami, Ini Dia Tantangannya

Melawan Jerat Narkoba

Pesantren Suryalaya Obati Pecandu Secara Islami, Ini Dia Tantangannya

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 12 Jan 2015 19:31 WIB
Pesantren Suryalaya Obati Pecandu Secara Islami, Ini Dia Tantangannya
Foto: Firdaus/detikHealth
Jakarta - Pesantren Suryalaya Inabah VII, Desa Calingcing, Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi rumah bagi sekitar 40 anak laki-laki yang mengikuti program rehabilitasi narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya). Mereka datang dari berbagai penjuru di Indonesia dengan rata-rata usia remaja.

Meski terkenal dengan kesuksesan program rehabilitasinya, pesantren ini tidak luput dari berbagai kesulitan. Dikunjungi oleh detikHealth dan ditulis pada Senin (12/1/2015), berikut berbagai masalah yang ada di pesantren saat ini:

1. Anak binaan yang brutal

Kepala Pembina Pesantren Inabah VII, Anwar Mahmud, mengatakan saat ini pihak pesantren kewalahan mengurus anak yang direhabilitasi. Banyak anak yang dinyatakan sembuh keluar sehingga kini masih banyak anak bina baru yang berperilaku ekstrem.

"Kalau yang lama anaknya baik-baik tapi yang baru masuk sekarang ini masih brutal. Ada orang luar masuk ke dalam marah dia 'apa kamu lihat-lihat? Memangnya ini kebun binatang?'" kata Anwar.

"Di sini guling bantal disobek-sobek sudah biasa" imbuhnya.

2. Ada yang dibuang orang tua

Setidaknya ada lima anak bina yang yang keluarganya tidak ada kabar. Anwar mengatakan saat ini anak binaannya tersebut masih ia tanggung karena bingung mau dikembalikan kepada siapa. Salah seorang penghuni pondok pesantren yang ia bina bahkan sudah menetap selama sekitar 13 tahun.

"Kami pembina punya keluhan tidak sedikit anak yang dibuang orang tuanya. Di Pak Haji sekarang sudah ada anak yang tinggal di sini 13 tahun, sepeser pun enggak ngasih," kata Anwar.

3. Banyak tunggakan

Anwar mengatakan biaya administrasi rehabilitasi di Inabah sebenarnya adalah Rp 3 juta per bulan, namun ia tidak terlalu mematok harga. "Mereka sudah datang dari jauh susah masa sampai sini kita tolak. Jadi kalau sama Pak Haji yaudah diterima dulu adanya berapa saja," kata Anwar.

Ditambah dengan kasus anak yang dibuang orang tua, satu orang anak bahkan ada yang memiliki hutang sampai sekitar Rp 60 juta seperti dikatakan Anwar. Akibat banyaknya kasus, pondok pesantren kini memiliki keterbatasan dari sisi ekonominya.

4. Minim sarana

Mengikuti kegiatan rehabilitasi yang intensif dan berulang di pesantren membuat tidak sedikit anak binaannya menjadi bosan, akan tetapi fasilitas untuk rekreasi yang ada sangat minim.

"Kalau dulu sempat ada gitar, tapi sekarang sudah rusak," kata Alif, salah satu anak yang direhabilitasi.

Saat ini sarana rekreasi di lingkungan pesantren yang terisolasi tersebut hanya satu televisi. Setiap hari beberapa anak binaan yang selesai mengikuti program rehabilitasi hanya bisa tidur jika sudah bosan.

Menanggapi hal tersebut Pembina Pondok Pesantren Suryalaya Inabah VII, Anwar Mahmud, membenarkan keadaan pesantren yang minim. Anwar mengatakan sebenarnya dulu pesantren memiliki sarana seperti alat olahraga tapi kini sudah rusak.
Halaman 2 dari 5
Kepala Pembina Pesantren Inabah VII, Anwar Mahmud, mengatakan saat ini pihak pesantren kewalahan mengurus anak yang direhabilitasi. Banyak anak yang dinyatakan sembuh keluar sehingga kini masih banyak anak bina baru yang berperilaku ekstrem.

"Kalau yang lama anaknya baik-baik tapi yang baru masuk sekarang ini masih brutal. Ada orang luar masuk ke dalam marah dia 'apa kamu lihat-lihat? Memangnya ini kebun binatang?'" kata Anwar.

"Di sini guling bantal disobek-sobek sudah biasa" imbuhnya.

Setidaknya ada lima anak bina yang yang keluarganya tidak ada kabar. Anwar mengatakan saat ini anak binaannya tersebut masih ia tanggung karena bingung mau dikembalikan kepada siapa. Salah seorang penghuni pondok pesantren yang ia bina bahkan sudah menetap selama sekitar 13 tahun.

"Kami pembina punya keluhan tidak sedikit anak yang dibuang orang tuanya. Di Pak Haji sekarang sudah ada anak yang tinggal di sini 13 tahun, sepeser pun enggak ngasih," kata Anwar.

Anwar mengatakan biaya administrasi rehabilitasi di Inabah sebenarnya adalah Rp 3 juta per bulan, namun ia tidak terlalu mematok harga. "Mereka sudah datang dari jauh susah masa sampai sini kita tolak. Jadi kalau sama Pak Haji yaudah diterima dulu adanya berapa saja," kata Anwar.

Ditambah dengan kasus anak yang dibuang orang tua, satu orang anak bahkan ada yang memiliki hutang sampai sekitar Rp 60 juta seperti dikatakan Anwar. Akibat banyaknya kasus, pondok pesantren kini memiliki keterbatasan dari sisi ekonominya.

Mengikuti kegiatan rehabilitasi yang intensif dan berulang di pesantren membuat tidak sedikit anak binaannya menjadi bosan, akan tetapi fasilitas untuk rekreasi yang ada sangat minim.

"Kalau dulu sempat ada gitar, tapi sekarang sudah rusak," kata Alif, salah satu anak yang direhabilitasi.

Saat ini sarana rekreasi di lingkungan pesantren yang terisolasi tersebut hanya satu televisi. Setiap hari beberapa anak binaan yang selesai mengikuti program rehabilitasi hanya bisa tidur jika sudah bosan.

Menanggapi hal tersebut Pembina Pondok Pesantren Suryalaya Inabah VII, Anwar Mahmud, membenarkan keadaan pesantren yang minim. Anwar mengatakan sebenarnya dulu pesantren memiliki sarana seperti alat olahraga tapi kini sudah rusak.

(up/up)

Berita Terkait