Menurut Dr dr Carla R. Marchira, SpKJ(K), PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) yang mengacu pada ICD X (International Classification of Diseases and Related Problems) dari WHO, fobia termasuk dalam gangguan anxietas, yaitu adanya perasaan takut berlebihan karena adanya situasi atau obyek tertentu yang dianggap mengancam, sehingga seseorang akan selalu menghindari situasi atau obyek tersebut.
"Yang sering terjadi dan disebutkan di PPDGJ adalah agoraphobia dan fobia sosial. Seiring dengan waktu, pada kasus-kasus klinis juga ditemukan fobia-fobia lain yang jumlahnya banyak sekali. Misalnya claustrophobia (takut ruang sempit), felinophobia (takut kucing), ofidiophobia (takut ular)," ungkap psikiater dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta ini kepada detikHealth, Senin (12/1/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Sylvia melanjutkan, biasanya orang yang mengalami fobia menyadari bahwa sebetulnya ia tidak perlu takut, namun perasaan takut tersebut tak dapat dikendalikan atau dikontrol. Namun ia dikatakan mengalami fobia apabila ketakutan yang dialaminya sampai mengganggu aktivitas dan fungsinya sehari-hari (disfungsi) dan ia merasa tertekan oleh yang dialaminya tersebut (distress).
Lantas bagaimana dengan kondisi yang populer dengan sebutan 'Monday phobia' atau Lunaediesophobia? Keduanya sepakat bahwa istilah ini terbentuk dari kehidupan sehari-hari, khususnya dari masyarakat urban saja.
"Lunaediesophobia hingga saat ini belum ada dalam daftar gangguan yang termasuk dalam kriteria pedoman diagnosis gangguan jiwa (baik PPDGJ atau ICD atau DSM)," pungkas dr Sylvia.
Sementara itu dr Carla menjelaskan bahwa istilah ini sebenarnya muncul pada masyarakat urban saja. Kebanyakan masyarakat yang hidup di pedesaan belum tentu mengenal atau merasakan kondisi seperti ini.
"Istilah 'I hate Mondays', TGIF (Thank God is Friday), '9 to 5', muncul karena adanya 5 hari kerja. Setelah Senin-Jumat, dari jam 9 sampai 5 sore atau 8 sampai 4 sore bekerja, rasa capek menumpuk sehingga Sabtu dan Minggu untuk santai. Jika fobia asli, gejalanya ada pasti sudah sangat ekstrem," tutur dr Carla.
(ajg/up)











































