Jika rehabilitasi para korban penyalahgunaan narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) umumnya melalui tahapan seperti rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, di Pondok Pesantren Suryalaya rehabilitasi lebih menggunakan pendekatan agama. Pendekatan ini kemudian diklaim lebih ampuh menyembuhkan pecandu.
Pesantren yang terletak di Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya, Jawa Barat, ini menggunakan metode yang bernama Inabah. Metode Inabah dikatakan oleh sesepuh Pesantren Suryalaya, KH Zaenal Abidin Anwar bertujuan agar anak didiknya kembali ke jalan yang benar dengan mendekatkan diri dengan tuhan.
Anak binaan pesantren diberikan kurikulum khusus setiap hari melakukan ritual amalan Islam seperti salat, zikir, dan mandi malam yang juga dikenal dengan mandi taubat. Praktik tersebut dilakukan intensif agar mengakar di anak binaan pesantren sehingga bisa bebas dari pengaruh narkoba sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut studi yang pernah dilakukan pada tahun 1994 oleh peneliti bernama Emo Kastama Abdulkadir, tingkat keberhasilan metode Inabah mencapai 80 hingga 92 persen. Persentase tersebut termasuk tinggi dan menjadi keunggulan metode Inabah seperti dikatakan Zaenal.
"Masuk, sembuh, keluar, terus kumat masuk lagi. Kalau ini (metode Inabah -red) begitu keluar itu hasil binaannya ada terus," papar Zaenal menjelaskan keunggulan metode Inabah.
"Ini karena bukan ilmu biasa. Dia menjadi tinggi ilmunya karena sekaligus diamalkan, bukan hanya sekedar diobati," pungkas Zaenal.
Perkataan Zaenal sepertinya memang bukan tanpa alasan karena berbagai macam piagam penghargaan telah diperoleh Pesantren Suryalaya atas kontribusinya merehabilitasi korban narkoba. Di aula pesantren terlihat penghargaan di antaranya berasal dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan plakat emas dari lembaga International Federation of Non-Government Organizations for the Prevention of Drug and Substance Abuse (IFNGO).
(up/up)











































