Hal tersebut disampaikan dr Walta Gautama SpB(K)Onk dari RS Kanker Dharmais. Ia mengatakan, diduga penyebab kanker payudara adalah paparan hormon terhadap payudara. Misalnya saja, ketika menjelang menstruasi, hormon estrogen tinggi dan kelenjar payudara mendapatkan hormon tersebut hingga payudara terasa mengembang dan terasa kencang.
"Itu cara Tuhan agar saluran ASI tetap diairi. Diperkirakan tiap wanita mendapat risiko ketika mendapat paparan hormon selama 35-40 tahun," tutur dr Walta dalam acara temu media dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia di Hotel Milenium, Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Walta mencontohkan, menstruasi di usia muda meningkatkan risiko kanker payudara. Ia mengatakan misal seorang wanita menstruasi di usia 10 tahun, lalu menopause di usia 50 tahun. Maka, paparan hormon estrogen yang diterima si wanita selama 40 tahun. Sementara itu, ketika hamil dan menyusui, paparan hormon estrogen bisa dikurangi.
"Saat hamil, payudara 'istirahat' dapat paparan estrogen karena hormon estrogen dipakai oleh rahim selama mengandung agar elastis. Saat menyusui, hormon yang dipakai adalah prolaktin sehingga hormon estrogen disingkirkan dulu dari payudara," terang dr Walta.
Jika si wanita memiliki anak 3, maka 'potongan' waktu payudara mendapat paparan hormon estrogen yakni 9 bulan dikalikan 3 kali yaitu 27 bulan. Belum ditambah waktu menyusui anak. Namun, dr Walta menegaskan faktor risiko kanker payudara bisa menurun ketika wanita menyusui dengan sebelumnya mengandung.
Baca juga: Hai Wanita, Kurangi Risiko Kanker Payudara dengan 5 Langkah Berikut
"Jadi kalo cuma menyusui aja tanpa hamil lebih dulu, itu tidak menurunkan risiko. Menyusui bisa menurunkan risiko kalau sebelumnya dia hamil," tutur dr Walta.
(rdn/ajg)











































