Tak Sembarangan, Mbok Jamu yang Satu Ini Seorang Sarjana Lho

Tak Sembarangan, Mbok Jamu yang Satu Ini Seorang Sarjana Lho

- detikHealth
Jumat, 10 Apr 2015 10:30 WIB
Tak Sembarangan, Mbok Jamu yang Satu Ini Seorang Sarjana Lho
Sutri menjajakan jamunya (Foto: Lila/detikHealth)
Bantul, Yogyakarta -

Menerjang panasnya Bantul, Yogyakarta, Sutriyani tak pantang menyerah menjajakan jamu. Sekilas tak ada yang istimewa dengannya, namun ternyata dia bukanlah sembarang penjual jamu. Sebab penjual jamu yang satu ini mengantongi ijazah sarjana.

Mengenyam pendidikan tinggi nyatanya bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan impian. Inilah yang dirasakan Sutriyani, gadis asal Dusun Samen RT 01 Sumbermulyo Bambanglipuro Bantul. Setelah gagal melamar pekerjaan di sebuah rumah sakit di Yogyakarta, Sutriyani sempat kecewa.

Bagaimana tidak, gadis yang akrab disapa Sutri itu adalah lulusan FKIP, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Bahkan ia berhasil menyelesaikan kuliahnya hanya dalam kurun 3,5 tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mencapai 3,49 saat diwisuda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun prestasi akademisnya itu tak serta-merta membuatnya mudah mendapat pekerjaan. Sutri yang tahun ini genap berusia 24 tahun itu justru tidak diterima meski menurut dia nilai tesnya paling tinggi. "Yang keterima yang 'dibawa' sama direkturnya, bayar Rp 7 juta. Ya saya bilang nggak punya uang," ujarnya kepada detikHealth di kediamannya, dan ditulis pada Jumat (10/4/2015).

Baca juga: Kalau Mbok Jamunya Secantik Ini, Yakin Masih Tak Suka Minum Jamu?

Tak putus asa, Sutri memutuskan mengisi waktu luangnya dengan membantu ibunya berjualan jamu. Ibu Sutriyani, Tukilah, sudah 10 tahun berjualan jamu. Namun karena usia, belakangan ia sering merasa kelelahan bila harus bersepeda jauh untuk menjajakan jamu buatannya. "Dari zaman sekolah, Sutri yang bantu bikin jamu, kadang kulakan juga," timpal sang ibu di kesempatan yang sama.

Pelanggan pertama Sutri adalah pengusaha batik Bantul yang tinggal dekat dengan rumahnya, Budi Harjana dan keluarga. "Saya ditanya-tanya, kok masih muda jualan jamu. Saya jawab 'sarjana kesia-sia'. Di situ saya malah dimotivasi agar tidak malu menjual jamu. Dan sejak saat itu Pak Budi menjadi langganan saya," kenangnya.

Makin hari pelanggan Sutri bertambah, apalagi ia menjajakan jamunya hingga ke Bantul bagian selatan yang jauhnya mencapai 7-14 km dari rumahnya. Keluarga Budi pulalah yang mengusulkan agar Sutri mengganti sepeda kumbangnya dengan sepeda motor untuk berjualan.

Baca juga: Ketika Sawi, Nanas, dan Jeruk Nipis Dijadikan Jamu

Selain efisien, putri pasangan alm Ponijan dan Tukilah itu bisa menjajakan jamunya hingga dua kali dalam sehari. Untuk pagi hari, ia biasa berkeliling dari pukul 8 atau 9 hingga pukul 12 siang. Setelah beristirahat, ia akan menjajakan atau mengantarkan jamu ke pelanggannya hingga menjelang maghrib. "Sekali jalan bisa bawa 12 botol, kalau naik sepeda ya memang capek. Kalau pakai motor jangkauannya juga jadi lebih luas," katanya lagi.

Bayi bisa berhenti napas beberapa detik. Simak fakta-fakta lain tentang bayi baru lahir di sini

(lil/vit)

Berita Terkait