Cerita dr Indra, Memberi Les Sejak SD Agar Bisa Belajar Sambil Berbagi Ilmu

Young and Healthy

Cerita dr Indra, Memberi Les Sejak SD Agar Bisa Belajar Sambil Berbagi Ilmu

Nurvita Indarini - detikHealth
Rabu, 17 Jun 2015 15:21 WIB
Cerita dr Indra, Memberi Les Sejak SD Agar Bisa Belajar Sambil Berbagi Ilmu
Foto: dok. pribadi
Jakarta - Ilmu tidak akan memberi banyak arti jika hanya disimpan sendiri. Karena itulah Indra Wijaya senang memberi les pada teman-temannya sejak bangku SD hingga SMA. Bahkan ketika dirinya sudah dewasa dan bergelar dokter, dia terus membagi ilmunya dengan aktif mengajar dan menjadi pembicara di berbagai forum ilmiah.

"Salah satu prinsip hidup saya adalah belajar dengan baik dan mengamalkan ilmu yang saya dapati. Saya memberikan les bagi teman-teman yang membutuhkan sejak saya di tingkat SD-SMA, hal ini berlanjut menjadi asisten dosen saat menjalani kuliah," kisah dr Indra Wijaya dr Indra Wijaya, SpPD, M.Kes, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (17/6/2015).

Tanpa disadari, kegiatannya berbagi ilmu dengan teman-teman memberikan keterampilan pada dr Indra untuk memiliki teknik berbicara di depan umum. Jam terbangnya yang kian bertambah dengan mengajar dan presentasi turut membangun rasa percaya dirinya ketika dipercaya menjadi dosen pengajar dan pembicara di berbagai forum ilmiah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keberhasilan membawa presentasi dengan baik yang awalnya di forum kecil berlanjut di berbagai forum ilmiah, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional," kisah pria berkacamata ini.

Baca juga: Kisah dr Andri Primadhi, Gemar 'Menyedot' Ilmu dari Para Seniornya

dr Indra mengisahkan, pada awalnya ada sedikit rasa canggung ketika harus berbicara di suatu forum. Apalagi jika forum tersebut diisi oleh orang-orang yang lebih senior. Untunglah secara alami, rasa canggung itu lenyap.

"Saya beberapa kali diundang sebagai pembicara di berbagai forum dengan perbedaan usia antara saya dengan peserta sekitar 10-50 tahun. Cara mengatasinya ada beberapa hal, di antaranya punya sikap percaya diri yang positif, tetap menghormati peserta tanpa memandang usia, tidak menggurui namun mengayomi, dan sebagai pembicara tentu harus menguasai materi presentasi dengan baik," papar dokter yang praktik di Siloam Karawaci Hospital ini.

Menurut dr Indra, dirinya mungkin punya pengetahuan yang lebih banyak. Namun para senior peserta forum pasti memiliki pengalaman yang lebih banyak. Untuk itu, menciptakan suasana saling menghormati dalam forum ilmiah sangatlah penting. Sehingga diskusi yang kondusif dapat tercipta dan forum dapat berjalan dengan baik.


Saat ini, selain berpraktik di RS swasta, dr Indra juga melayani pasien di RSU. Beberapa pasien yang ditangani di RSU berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu, namun di situ justru dr Indra membuktikan dirinya memberikan kesempatan yang sama bagi semua pasien untuk berobat dan mendapat pelayanan yang optimal.

"Ada beberapa pasien RSU saya yang pindah ke RS swasta maupun sebaliknya untuk berobat kepada saya, saya tetap memberikan pelayanan yang sama, perbedaan tentunya hanya di fasilitas RS saja," ucap alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Bagi dr Indra, tantangan terbesar baginya selama menjadi dokter adalah untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik dari segi edukasi bagi mahasiswa dan pelayanan paripurna bagi pasien. "Kita adalah manusia yang tidak terlepas dari kesalahan tetapi sebagai dokter, saya harus bekerja secara profesional dan maksimal di bidang yang saya kuasai (mengajar, meneliti, dan melayani pasien)," lanjut pria kelahiran tahun 1982 ini.

Baca juga: Dr Jesse Selber di Balik Kesuksesan Cangkok Tengkorak Pertama di Dunia


Kini, sebagai dokter penyakit dalam, dr Indra lebih mendalami penyakit diabetes. Dari pengalamannya, persentase pasien diabetes di kalangan ekonomi kurang mampu lebih besar dibandingkan di kalangan ekonomi yang mampu. Meskipun mungkin saja data ini berbeda dengan RS lain karena banyak faktor yang berperan. Melihat fakta ini, edukasi tentang penyakit diabetes tidak bisa dilakukan dengan cara yang seragam.

"Harus disesuaikan dengan kondisi tingkat pengetahuan pasien dan menariknya, hal ini tidak berbanding lurus dengan kemampuan ekonomi pasien. Artinya pasien ekonomi mampu belum tentu mempunyai pengetahuan lebih baik daripada pasien ekonomi kurang mampu, begitu pula sebaliknya," papar dr Indra.

Saat ini dr Indra sedang fokus untuk pendidikan S3 program doktoral dan subspesialis endokrinologi. Namun demikian dia tetap aktif mengemban jabatan yang dipercayakan seperti Kepala Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan; dosen tetap di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan; dokter spesialis Penyakit Dalam di RSU Siloam Karawaci dan RS Siloam Karawaci; serta menjadi pengurus di Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) cabang Banten.

Pengabdian dr Indra untuk dunia kesehatan antara lain terlihat dengan keterlibatannya sebagai penulis dan editor di beberapa media penulisan. dr Indra juga rajin menjawab pertanyaan para pembaca detikHealth melalui rubrik konsultasi penyakit dalam. Dirinya pun aktif sebagai peneliti di Mochtar Riady Institute for Nanotechnology.

Kendati punya seabrek kegiatan, untungnya dr Indra tergolong orang yang jarang sakit. Apa rahasianya? "Tidak ada rahasia khusus. Prinsipnya adalah menjaga kesehatan jasmani dan rohani, makan yang bergizi dan istirahat cukup. Dengan waktu yang diberikan, gunakan dengan baik waktu yang ada untuk beraktivitas, berolahraga, rekreasi, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk beribadah kepada Yang Maha Kuasa," kata pria yang berhasil menyelesaikan pendidikan spesialis penyakit dalam di usia 30 tahun ini.

Halaman 2 dari 3
(vit/ajg)

Berita Terkait