Agus (41) kini adalah seorang mentor di RS Bhayangkara tergabung dalam Yayasan Sahabat Rekan Sebaya (SRS), di mana ia memberikan penyuluhan kepada pemakai narkoba. Namun sebelum itu ia sendiri adalah seorang pecandu berat yang melalui banyak rintangan mulai dari tinggal di kolong jembatan sampai nyaris overdosis.
"Dulu saya anaknya pemalu. Setiap pulang sekolah tau sih anak-anak pada nongkrong. Saya ingin ikutan juga. Sampai ikut tawuran terus saya lari paling duluan karena takut," kenang Agus mengingat awal mula ia kenal narkoba ketika ditemui detikHealth dan ditulis pada Jumat (26/6/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temen terus ngasih benzo, pil anjing. Enam butir sekaligus saya telan terus kerasa tuh. Saya jadi berani gak malu-malu lagi," lanjutnya.
Setelah mengenal satu jenis narkoba tersebut, Agus pun terus terjerumus lebih dalam. Ia mengenal lebih banyak narkoba seperti ganja, putau, dan heroin yang terus ia konsumsi hingga lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Uang untuk membeli barang terlarang tersebut Agus peroleh dari uang buku sekolahnya.
Tak lama bekerja di tempat pemotongan ayam, Agus pun terkena pemberhentian hubungan kerja (PHK). Kecanduannya semakin menjadi sampai-sampai hampir seluruh barang di rumahnya sudah habis dijual.
"Sudah bingung mau jual apa lagi sampai diusir dari rumah tinggal di kolong jembatan. Kadang-kadang juga makan temen, mereka nitip beli obat terus saya pakai sendiri. Yang penting waktu itu pakai dulu deh abis itu mau digebukin juga terserah," kata Agus.
Puncaknya adalah ketika Agus nyaris overdosis. Saat itu ia yang kembali lagi ke rumah ditemukan oleh sang paman sudah tak bernapas di kamarnya namun beruntung masih bisa diselamatkan oleh tim paramedis.
Baca juga: Faktor Gaya Hidup, Mayoritas Pecandu Narkoba Berusia 20-an Tahun
"Saya beruntung. Bersyukur bisa dikasih kesempatan lagi. Saya ikut rehabnya Slank di RS Bhayangkara dan dari situ ketemu teman-teman di SRS," aku Agus sambil menambahkan ia sudah bersih narkoba sejak tahun 2004.
"Sekarang saya saya peer educator nemenin pasien-pasien baru. Ini misi saya. Saya enggak mau meninggalkan dunia itu sepenuhnya karena ini pengalaman yang bisa saya kasih. Saya bilang 'Cukup gue aja yang rasain seperti ini. Gak pake drug lu bisa happy,'" pungkas bapak dari tiga orang anak ini. (fds/vit)











































