Puskesmas Kecamatan Limo, Kabupaten Depok, Jawa Barat termasuk sukses mengedukasi masyarakatnya untuk minum obat cacing. Cakupannya memang baru 65 persen, namun sudah lebih baik dibanding daerah lain yang bahkan kurang dari 50 persen.
"Kalau di Kecamatan Limo sendiri, cenderung lebih mudah karena mungkin sudah ada kasus, jadi kan kalau sudah ada contoh, masyarakat jadi lebih mudah untuk diberi edukasi," kata dr Fikrotul Ulya Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Puskesmas Kecamatan Limo, Kabupaten Depok, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Susahnya Memberantas Penyakit Kaki Gajah di Pinggiran Jakarta
Walaupun dinilai relatif mudah, edukasi pemberian obat cacing kombinasi albendazole dan DEC (diethylcarbamazine citrate) tetap menghadapai sejumlah tantangan. Menurut dr Fikrotul, tantangan terbesar justru ditemukan pada kelompok masyarakat yang 'well educated'.
"Orang-orang yang kayak gitu justru lebih susah untuk mau minum obat cacing ini, karena mereka sudah merasa bersih, jadi mereka pikir nggak mungkin terkena filariasis ini," kata dr Fikrotul.
Alasan lain yang sering disampaikan saat ada warga menolak pemberian obat cacing adalah soal efek samping atau reaksi obatnya. Prof Agnes Kurniawan, SpMK dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebut ada 2 jenis reaksi obat yang ditemukan pada kasus kaki gajah.
Reaksi pertama berkaitan dengan efek samping obat dan reaksi alergi. Sedangkan pada reaksi kedua yang paling banyak ditemukan, penyebabnya adalah perlawanan sistem imun individu terhadap mikrofilaria atau anak cacing filaria penyebab kaki gajah.
"Kalau terjadi demam, itu tandanya obatnya sedang bekerja. Demam itu reaksi atas matinya filaria," kata Prof Agnes, ditemui di Cibinong, Bogor, baru-baru ini, seperti dikutip Jumat (15/8/2015).
Keengganan atau bahkan penolakan sebagain masyarakat bisa menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai target nasional eliminasi penyakit kaki gajah pada 2020. "Harus waspada karena berarti 35% belum minum obat cacing," kata dr Fikrotul, yang dalam setahun terakhir mencatat 2 kasus kronis di wilayahnya.
Baca juga: Di Bogor, Kaki Gajah Dianggap Lebih 'Memalukan' Dibanding TBC
![]() |












































