Mengamati fenomena ini, Prof Dr dr Didik Gunawan Tamtomo, PAK, MM, MKes memutuskan untuk meneliti kerokan secara ilmiah. Tujuannya adalah untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada tubuh setelah kerokan.
Baca juga: Hamil Muda Disangka Masuk Angin, Banyak Wanita Tak Sadar Sedang Berbadan Dua
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, ditemukan bahwa kerokan mampu meningkatkan kadar beta endorfin secara drastis yang disebabkan oleh aktivitas glandula pituitaria dan pemecahan pro hormon proopiomelanocortin (POMC) dari sel-sel keratinosit dan sel endotel kapiler. Pemecahan POMC ini akan menghasilkan endorfin. Endorfin adalah morfin alami yang dihasilkan oleh tubuh. Bahkan kekuatannya jauh lebih besar dibandingkan morfin yang dibuat dalam bentuk obat.
"Karena itu orang yang sehabis dikerok akan merasa nyaman, tenang, enak badannya. Tidurnya juga bisa nyenyak," ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta ini pada seminar ilmiah 'Sehat dengan Tahajud dan Kerokan', di auditorium Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Senin (7/9/2015).
Baca juga: Bekam Diklaim Sembuhkan Hipertensi, Dokter: Bisa Saja, Tapi...
Selain itu, kerokan ternyata mampu menurunkan kadar prostaglandin yang disebabkan oleh efek penekanan dari beta endorfin. Prostaglandin (PG) merupakan senyawa lemak yang dihasilkan dari asam lemak melalui proses enzimatik. Prostaglandin memiliki kerja biologik yang luas pada berbagai organ tubuh.
"Prostagladin ini yang bikin tubuh kita jadi nyeri-nyeri. Dengan kerokan, dia akan turun kadarnya. Turun karena adanya penekanan dari beta endorfin," terang Prof Didik.
Selain itu kerokan juga mampu melebarkan pembuluh darah, sehingga sel-sel darah dan oksigen mampu beredar secara lebih lancar. "Karena kerokan itu pakai alat-alat yang umum digunakan seperti koin, sendok, dan tanduk kerbau, ini nanti bakalan jadi kontroversi penularan penyakit dan sebagainya," ujar Prof Didik.
(vit/vit)











































