Masalahnya adalah, wanita berbeda dari pria dalam masalah melakukan pengobatan untuk para penyintas (survivor) serangan jantung. Belum bisa ditemukan alasan dari adanya kesenjangan gender ini, bisa jadi karena dokter tidak memberi resep obat atau wanita yang tidak memenuhi resep yang diberikan. Temuan baru menyoroti kebutuhan untuk lebih agresif dalam menawarkan pengobatan kepada wanita, ucap ilmuwan yang memimpin penelitan dari Kanana, Kate Smolina.
"Penting untuk klinik maupun pasien untuk bergerak maju dari pemikiran tradisional yang mengatakan bahwa penyakit jantung adalah penyakit pria," ujar Smolina, periset dari University of British Columbia seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (15/10/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tua Delapan Kali Lebih Cepat, Remaja 14 Tahun Bertubuh Seperti Kakek-kakek
Studi menemukan juga, bahwa wanita dan pria akan memimun obat sesuai resep di saat mereka pertama kali meninggalkan rumah sakit. "Wanita yang lebih muda harusnya bisa lebih disiplin meminum obat, seperti wanita yang lebih tua atau pria pada usia yang sama," ujar Smolina.
Resep yang diberikan adalah obat-obatan yang berguna untuk menurunkan kolestrol dan tekanan darah, yang berkaitan dengan penurunan risiko serangan jantung. Secara keseluruhan, lebih dari dua pertiga pasien serangan jantung dalam studi tersebut meminum semua obat-obatan yang tepat dalam waktu dua bulan setelah meninggalkan rumah sakit. Setahun setelahnya, hanya sepertiga dari mereka yang memenuhi setidaknya 80 persen jumlah resep.
Ada satu keterbatasan dalam studi ini, yakni penilaian seberapa sering pasien mengambil obat yang direkomendasikan hanya bergantung pada data resep, pengukuran ini membuat tidak diketahui kapan dokter memberi resep dan seberapa lama pasien menunggu untuk memenuhi resep tersebut. Hal ini diakui oleh para peneliti.
"Sebelumnya, riset telah menunjukan bahwa wanita, terutama yang lebih muda, kurang memenuhi seperti pria untuk melakukan terapi setelah serangan jantung", kata Dr. Gregg Fonarow, co-direktur kardiologi preventif di David Geffren School of Medicine di University of California, Los Angeles seperti juga dikutip dari dari Reuters pada Rabu (14/10/2015).
"Studi ini memberikan penegasan pada temuan-temuan sebelumnya bahwa penting untuk memulai pengobatan dari awal terkena serangan jantung, wanita juga harus melanjutkan terapi setidaknya selama tahun pertama," tambah Fonarow, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Baca juga: Soal Kecenderungan Adiksi Internet di Indonesia, Begini Tanggapan Pakar (up/up)











































