Sekelompok ilmuwan dari The Nanomedicine Lab, University of Manchester mengembangkan semacam granat mikroskopis yang dapat menghancurkan sel-sel kanker, tanpa perlu mengakibatkan kerusakan pada sel atau jaringan sehat di sekitarnya.
Granat ini sebenarnya berupa liposom, atau gelembung-gelembung lemak kecil yang dapat 'berkeliaran' dengan mudah di dalam tubuh. Liposom biasanya memang dapat diisi dengan berbagai bahan atau obat untuk kemudian disebarkan di dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana memastikan granat itu sampai ke sel kanker yang dimaksud? "Kesulitan yang kami hadapi adalah bagaimana melepaskan mereka ketika sudah sampai target," kata peneliti, Prof Kostas Kostaleros.
Prof Kostaleros menegaskan itulah mengapa granat buatannya hanya dapat berfungsi jika dipapari oleh panas dalam suhu tertentu. Liposomnya dibuat tahan pecah dalam suhu normal atau 37 derajat Celcius, dan tidak membocorkan molekul obat kanker apapun sampai suhu tertentu.
"Tetapi ketika temperaturnya meningkat jadi 42 derajat Celcius, mereka akan membocorkan isinya. Targetnya, liposom itu akan pecah sendiri sesampainya di jaringan dekat tumor," urainya seperti dikutip dari BBC, Senin (2/11/2015).
Kendati begitu, timnya masih harus memikirkan bentuk pemanas seperti apa yang pas untuk membantu pelepasan liposom ini, apakah berbentuk koyo atau menggunakan ultrasound maupun metode lain. Dengan begitu, pengidap kanker tinggal menempelkan koyo tersebut di permukaan kulitnya, misalnya, dan liposom yang disuntikkan ke dalam tubuhnya akan bekerja sendiri.
Untuk sementara, peneliti telah mengujicobakan metode ini kepada tikus yang mengidap melanoma atau kanker kulit, dan terbukti berhasil. Menurut Prof Kostaleros, dalam percobaan itu, obat yang dikemas di dalam granat memicu penyerapan obat yang lebih besar ketimbang metode pengobatan lainnya. Hasilnya, usia harapan hidup tikus-tikus tersebut mengalami 'peningkatan yang cukup signifikan'.
Metode serupa juga tengah diujicobakan pada sejumlah pasien, meskipun hasilnya belum kelihatan.
Baca juga: Hari CML Sedunia, Pemerataan Akses Obat Jadi Harapan Utama
(lll/up)











































