Dalam Jangka Panjang, Konsumsi Junk Food Berlebih Picu Sindrom Metabolik

Dalam Jangka Panjang, Konsumsi Junk Food Berlebih Picu Sindrom Metabolik

Sharon Natalia - detikHealth
Jumat, 06 Nov 2015 07:00 WIB
Dalam Jangka Panjang, Konsumsi Junk Food Berlebih Picu Sindrom Metabolik
Foto: achmadbiz/Pixabay
Jakarta - Junk food atau makanan cepat saji memang bisa menjadi 'penyelamat' saat lapar melanda. Bahkan, beberapa orang kerap menjadikan junk food sebagai 'teman' sembari mengerjakan suatu hal. Padahal, konsumsi junk food terlalu sering berbahaya bagi kesehatan.

Bahkan, para ahli telah memperingatkan jika seseorang membiarkan dirinya menikmati junk food, walaupun hanya sedikit saja, ada efek buruk yang bisa terjadi pada tubuh. Konsumsi junk food dirasa mampu memicu kondisi yang berpotensi mengancam jiwa dan sindrom metabolik pada orang normal.

Sedangkan, bagi mereka yang sudah didiagnosis dengan kondisi tertentu, seperti memiliki faktor risiko penyakit jantung, minum satu gelas milkshake sarat kalori saja dapat memperparah gejala yang dirasakan. Konsekuensi utama dari penyakit metabolik adalah peningkatan risiko serangan jantung, stroke dan diabetes. Penelitian yang diterbitkan dalam The FASEB Journal, memberi peringatak konsumsi hanya satu snack saja dapat berakibat fatal dan menimbulkan efek jangka panjang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengonsumsi junk food adalah salah satu situasi di mana otak kita mengatakan 'ya' tapi tubuh kita mengatakan 'tidak'. Hal ini menunjukkan bahwa kita pelu menggunakan otak kita dan mendengarkan tubuh kita," kata Gerald Weissman, chief editor dari The FASEB Journal, dikutip dari Daily Mail, Jumat (6/11/2015).

Menurut Weissman, kesenangan yang seseorang dapat ketika mengonsumsi junk food justru bisa berlawanan dengan konsekuensi negatif yang  bakal ditimbulkan. Salah satu penulis penelitian, dr Suzan Wopereis, dari TNO, Microbiology and Systems Biology Group di Zeist, Belanda, mengatakan bahwa pengaruh konsumsi junk food pada pola makan seseorang mungkin terasa tidak berarti, tapi akan berdampak besar dalam jangka panjang.

"Pendekatan yang baru kami lakukan memungkinkan untuk mendeteksi efek konsumsi junk food yang sering dinilai tidak berarti tapi relevan. Sehingga, memberi kontribusi yang dibutuhkan untuk beralih dari perawatan penyakit ke perawatan kesehatan. Tujuannya, untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit," jelas dr Wopereis.

Baca juga: Ini Bahaya Konsumsi Makanan Manis Berlebihan bagi Perkembangan Anak

Untuk menyempurnakan penemuan mereka, dr Wopereis dan rekan-rekannya menganalisis dua kelompok relawan pria. Kelompok pertama terdiri dari 10  pria yang sehat, sedangkan kelompok kedua terdiri dari sembilan pria dengan sindrom metabolik dan memiliki kombinasi dari dua atau lebih faktor risiko penyakit jantung. Misalnya, mereka memiliki kadar kolesterol, tekanan darah, gula darah, lemak darah, dan lemak perut yang tinggi.

Sampel darah peserta diambil sebelum dan setelah mengonsumsi milkshake yang tinggi lemak. Kemudian, peneliti mengukur 61 kunci biomarker dalam sampel darah termasuk kolesterol dan gula darah. Hasilnya, mereka menemukan adanya proses biokimia yang berkaitan dengan gula, metabolisme lemak, dan peradangan yang abnormal pada orang-orang dengan sindrom metabolik.

Sepuluh relawan pria sehat juga diberi camilan dengan kandungan 1.300 kalori setiap hari selama empat minggu. Camilan tersebut berbentuk permen dan camilan gurih, seperti cokelat, kue, kacang dan keripik. Peneliti kemudian menemukan bahwa hormon yang mengatur kontrol gula dan metabolisme lemak serta peradangan berubah. Perubahan tersebut mirip dengan proses biokimia yang juga dialami oleh pria dengan penyakit metabolik.

Para peneliti mengungkapkan bahwa penemuan mereka bisa berguna bagi petugas kesehatan, ahli gizi dan tenaga medis lain yang berperan untuk memberi edukasi pada masyarakat agar berupaya mencegah timbulnya penyakit dan menjaga kebiasaan makan yang sehat.

Baca juga: Diet Rendah Kalori Bisa Bebaskan Pasien Diabetes Tipe 2 dari Obat-obatan? (rdn/rdn)

Berita Terkait