Ketika seseorang diresepkan antibiotik tapi dia tidak melanjutkan konsumsi karena dirasa tubuhnya sudah membaik, hal itu justru bisa membuat bakteri penyebab penyakit menjadi resisten alias kebal pada antibiotik. Dijelaskan dr Anis Kurniawati, PhD, SpMK(K) selaku sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kemenkes, antibiotik adalah satu-satunya obat yang diberikan pada pasien yang tidak ditujukan pada sel manusia.
"Antibiotik ini ditujukan untuk bakterinya. Maka prinsipnya adalah antibiotik harus sampai di targetnya yang belum tentu ada di darah," kata dr Anis ditemui usai Media Briefing World Antibiotic Awareness Week di Oakwood, Kuningan, Jakarta, Kamis (12/11/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tak Sekadar Rajin Minum Obat, Tapi Rutin Periksa Juga Agar Tetap Sehat
Sehingga, pemberian obat dengan dosis minum satu, dua, atau tiga kali sehari sudah berdasarkan penelitian untuk memastikan obat sampai ke target dan berada di atas konsentrasi hambat minimal secara terus menerus. Sebab, dengan konsentrasi di atas hambat minimal, obat bisa masuk ke sel dan menembus sel.
"Sel bakteri punya dinding. Ada antibiotik yang kerjanya di dinding tapi ada ada juga antibiotik yang kerjanya di dalam selnya, di kromosom. Jadi kita harus memastikan antibiotik ini masuk dan mencapai target," lanjut dr Anis.
Kemudian, patut diingat bahwa di dalam tubuh manusia, bakteri akan berkembang biak. Ketika konsumsi antibiotik tak mengikuti aturan, seperti berhenti minum saat dirasa badan sudah mulai terasa membaik, mungkin saja satu bakteri mati tapi bisa saja yang lain tidak terkontak dan tetap berkembang biak.
"Jadi itulah, kenapa diatur obat dikonsumsi dengan dosis berapa, berapa kali sehari, dan harus dihabiskan dalam beberapa hari," pungkas dr Anis.
Baca juga: Bila Rutin Minum Obat, Diabetes Bukan Halangan untuk Berprestasi
(rdn/vit)











































