Riset: Tak Perlu Napas Buatan Pakai Bibir, CPR Cukup dengan Menekan Dada

Riset: Tak Perlu Napas Buatan Pakai Bibir, CPR Cukup dengan Menekan Dada

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Jumat, 04 Des 2015 11:08 WIB
Riset: Tak Perlu Napas Buatan Pakai Bibir, CPR Cukup dengan Menekan Dada
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pemberian napas buatan bagi orang yang pingsan, habis tenggelam atau baru saja mengalami serangan jantung sebagai bagian dari CPR (cardiopulmonary resuscitation) merupakan langkah krusial.

Namun seorang pakar justru mengakui kegiatan itulah yang membuat banyak orang malas melakukannya, apalagi jika ia harus 'mencium' orang asing.

"Hampir semua orang benci melakukannya (red, napas buatan). Saya tidak menyalahkan mereka tapi ini memang tidak nyaman," tutur Dr Paul Middleton, yang juga pakar pengobatan darurat seperti dikutip dari ABC Australia, Jumat (4/12/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untungnya, Middleton yang juga ketua Australian Resusciation Council, mengatakan CPR sudah bisa efektif hanya dengan menekan dada saja, tak perlu diselingi dengan pemberian napas buatan. Kecuali untuk kasus-kasus tertentu.

Kasus pertama adalah bilamana korban yang membutuhkan CPR adalah bayi atau anak-anak. Kedua, korban tenggelam, sebab keduanya membutuhkan napas buatan agar tetap bertahan hidup.

Baca juga: Bayi yang Sempat Berhenti Bernapas Ini Selamat Berkat Tindakan CPR

Middleton menambahkan rekomendasi ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran banyak orang untuk berlatih memberi CPR. Di Australia sendiri tercatat lebih dari 30.000 orang mengalami serangan jantung tiap tahunnya, tetapi hanya 10 persen saja yang selamat.

"Tak banyak yang tahu skill ini, padahal penting untuk melakukan CPR pada pasien serangan jantung sembari menunggu ambulans datang," tegas Middleton.

Baca juga: CPR Tingkatkan Peluang Keselamatan Pasien Serangan Jantung Hingga 75 Persen

Secara umum CPR dianggap vital karena dapat mencegah terjadinya kerusakan otak pada seseorang yang mengalami serangan jantung. Kerusakan yang dipicu menurunnya jumlah oksigen dalam otak itu biasanya bakal terjadi dalam kurun tiga menit, dan dalam 10 menit, yang bersangkutan bisa saja meregang nyawa.

"Jika Anda melakukan CPR, risiko kematiannya menurun 3-4 persen tiap menitnya. Sebaliknya, tanpa CPR, risiko itu akan langsung naik 10 persen dalam periode yang sama," tutupnya. (lll/up)

Berita Terkait