Namun seorang pakar justru mengakui kegiatan itulah yang membuat banyak orang malas melakukannya, apalagi jika ia harus 'mencium' orang asing.
"Hampir semua orang benci melakukannya (red, napas buatan). Saya tidak menyalahkan mereka tapi ini memang tidak nyaman," tutur Dr Paul Middleton, yang juga pakar pengobatan darurat seperti dikutip dari ABC Australia, Jumat (4/12/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus pertama adalah bilamana korban yang membutuhkan CPR adalah bayi atau anak-anak. Kedua, korban tenggelam, sebab keduanya membutuhkan napas buatan agar tetap bertahan hidup.
Baca juga: Bayi yang Sempat Berhenti Bernapas Ini Selamat Berkat Tindakan CPR
Middleton menambahkan rekomendasi ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran banyak orang untuk berlatih memberi CPR. Di Australia sendiri tercatat lebih dari 30.000 orang mengalami serangan jantung tiap tahunnya, tetapi hanya 10 persen saja yang selamat.
"Tak banyak yang tahu skill ini, padahal penting untuk melakukan CPR pada pasien serangan jantung sembari menunggu ambulans datang," tegas Middleton.
Baca juga: CPR Tingkatkan Peluang Keselamatan Pasien Serangan Jantung Hingga 75 Persen
Secara umum CPR dianggap vital karena dapat mencegah terjadinya kerusakan otak pada seseorang yang mengalami serangan jantung. Kerusakan yang dipicu menurunnya jumlah oksigen dalam otak itu biasanya bakal terjadi dalam kurun tiga menit, dan dalam 10 menit, yang bersangkutan bisa saja meregang nyawa.
"Jika Anda melakukan CPR, risiko kematiannya menurun 3-4 persen tiap menitnya. Sebaliknya, tanpa CPR, risiko itu akan langsung naik 10 persen dalam periode yang sama," tutupnya. (lll/up)











































