Pada beberapa papan nama, kata 'klinik' ditutup dengan selotip putih. Jika semula bernama 'C-Care Klinik Riset Kanker', setelah ditutup selotip menjadi 'C-Care Riset Kanker'. Begitu juga dengan banner besar yang sebelumnya terpasang di sisi depan, kini sudah tidak ada di tempatnya.
Fauzan Zidni, Direktur PT Edwar Technology mengatakan bahwa perubahan ini sudah terjadi sejak sebulan yang lalu. Menurutnya, ini adalah bagian dari rebranding karena saat ini perusahaan milik Dr Warsito Purwo Taruno, M.Eng tersebut hanya melakukan riset pengembangan alat pendeteksi dan pembasmi sel kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puncaknya, pada Rabu (2/12/2015) PT Edwar Technology mendatangi Kementerian Kesehatan. Kedua pihak menyepakati 3 hal, salah satunya review terhadap pengembangan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) dan Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) atau dikenal dengan helm dan rompi pembasmi kanker.
Staf Ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Bidang Medikolegal, yang juga pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), drg Tritarayati, SH duduk semeja dengan peneliti kontroversial Dr Warsito Purwo Taruno, M.Eng. |
Meski begitu, Dr Warsito menyiratkan tidak akan melakukan penelitian ini seorang diri. Jika hasil review nanti membolehkan penelitian ini dilanjutkan, Dr Warsito akan menyerahkannya ke pemerintah, dalam hal ini Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan Kementerian Kesehatan.
Baca juga: Kemenkes Sebut Ada 3 Kemungkinan Hasil Review Rompi Antikanker Dr Warsito
"Kalau reviewnya boleh dilanjutkan kayaknya akan saya serahkan ke Balitbangkes. Karena penelitiannya akan ganti format dan Balitbangkes yang melakukan. Saya mungkin sifatnya konsultan saja," tutur Dr Warsito dalam wawancara di kantor Detikcom, dan ditulis SeninĀ (7/12/2015).
Dikatakan Dr Warsito format penelitian akan berubah mengikuti arahan Kementerian Kesehatan. Penelitian akan dilakukan oleh Balitbangkes dengan lebih banyak melibatkan tenaga medis sebagai calon pengguna alat.
Tenaga medis yang terlibat dalam penelitian adalah dokter-dokter dan pakar onkologi. Mereka dilibatkan untuk meneliti bagaimana pemanfaatan rompi anti kanker, termasuk melakukan uji klinis kepada pasien.
"Ini sesuai dengan arahan dari Menteri Kesehatan (Nafsiah Mboi -red) tahun 2013 yang meminta supaya dokter terlibat lebih banyak dalam penelitian," ungkapnya lagi.
Rompi dan helm antikanker buatan Dr Warsito |
Selama proses review, Dr Warsito tidak diperkenankan untuk menerima klien sampai dengan hasil evaluasi ini selesai. Namun, ia masih bisa melakukan tindak lanjut pada klien yang selama ini sudah diberi terapi atau dengan kata lain tetap ada follow up kasus lama.
Baca juga: Di Balik Kesepakatan Soal Riset Rompi Antikanker Dr Warsito
Halaman 2 dari 1
Rompi Antikanker Dr Warsito
14 Konten
Riset kontroversial rompi antikanker temuan Dr Warsito memasuki babak baru. Penemunya menyepakati 3 hal bersama Kementerian Kesehatan, salah satunya untuk me-review riset tersebut.












































Staf Ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Bidang Medikolegal, yang juga pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), drg Tritarayati, SH duduk semeja dengan peneliti kontroversial Dr Warsito Purwo Taruno, M.Eng.
Rompi dan helm antikanker buatan Dr Warsito