Bahkan selama beberapa waktu, ISPU (Indeks Standar Polusi Udara) di Pekanbaru menunjukkan level 'Berbahaya'. Artinya, indeks polusi di sana sudah berada di atas angka 300 dan berdampak serius bagi kesehatan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, saat ini, 80 persen kawasan Sumatera tertutup oleh asap dan merugikan 22,6 juta penduduk. "Di Sumatera itu ada tiga daerah, di Jambi, Pekanbaru dan Sumatera Selatan. Dua wilayah yang paling pekat itu Jambi dan Pekanbaru," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenkes juga melaporkan, terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan asap, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), pneumonia dan kekambuhan asma. "Memang naik tapi cuma 2-3 persen, kenaikannya belum bermakna," tutur dr Achmad Yurianto, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kemenkes.
![]() |
Data Kemenkes hingga 4 September 2015 menyebut terjadi 12.633 kasus penyakit yang berkaitan dengan kabut asap di Riau. ISPA menjadi kasus paling banyak dengan 10.133 kasus, diikuti iritasi kulit 1.085, iritasi mata 689 kasus, asma 415 kasus, dan 311 kasus.
Sedangkan di Sumatera Selatan, jumlas kasus ISPA sampai dengan Juli 2015 sebanyak 298.673 kasus, tertinggi dari seluruh wilayah terdampak, yaitu Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Namun di Kalimantan Barat, kenaikannya paling signifikan. Kasus ISPA sampai dengan Agustus 2015 diketahui sebanyak 1.219 kasus, meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan bulan Juli 2015.
Baca juga: Level Polusi Asap 'Berbahaya', Warga Pekanbaru Terancam Tak Bisa Napas!
Menanggapi kondisi ini, dr Agus Dwisusanto, SpP dari RSUP Persahabatan Rawamangun menjelaskan, asap hasil pembakaran hutan mengandung partikulat debu yang sangat kecil, sehingga dapat terhirup oleh manusia dan masuk ke saluran pernapasan serta mengendap di sana.
![]() |
"Kalau ukurannya di bawah 10 mikron bisa masuk ke saluran napas dan menyebabkan peradangan. Peradangan ini nantinya akan menyebabkan saluran napas bengkak dan jadinya menyempit, akibatnya orang jadi sesak napas, ini dampak akut atau jangka pendeknya," tutur dr Agus.
Selain menyebabkan saluran napas menyempit, partikulat debu juga akan tersangkut di saluran napas. Tubuh pun akan bereaksi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke tubuh, sehingga memperbanyak timbulnya dahak di kerongkongan. Jika dibiarkan, kondisi ini akan mengundang kuman-kuman untuk bersarang dan berkembang-biak. Akibatnya masyarakat Pekanbaru juga berisiko tinggi terserang penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga pneumonia.
Apalagi jika sebelumnya warga sekitar memiliki riwayat penyakit paru seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronchitis. Risiko kekambuhan penyakit ini akan meningkat dan pasien akan merasa kesakitan.
Selain partikulat debu, asap hasil kebakaran hutan juga mengandung gas. Gas ini menurut dr Agus lebih berbahaya karena tidak bisa ditangkal oleh masker dan sangat mudah menyerang organ-organ tubuh lain yang sensitif.
"Faktor gas dalam asapnya bisa menyebakan tubuh kekurangan oksigen, terutama kandungan Karbon Monoksida. Sementara bahan gas lainnya bersifat iritatif dan bisa membuat peradangan tak hanya di saluran napas atas atau bawah, namun juga mata yang ditandai dengan rasa perih dan berwarna merah," pungkasnya.
![]() |
Untuk meminimalisir dampak kabut asap, Kemenkes mengaku sudah membagikan lebih dari 65.000 masker melalui Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Berbagai saran pun ditujukan kepada warga Sumatera, terutama Riau untuk menghindari dampak buruk kabut asap.
"Nggak usah keluar rumah dulu kalau tidak ada keperluan. Partikel-partikel itu biar tidak terhirup karena berbahaya," kata Dirut RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, dr Nuzelly Husnedi, MARS.
Banyak minum air putih dan beristirahat, menurut dr Nuzelly juga penting dilakukan dalam kondisi kabut asap seperti yang terjadi Pekanbaru. Untuk mengeluarkan partikel-partikel penyebab iritasi dari dalam tubuh, maka dibutuhkan cairan tubuh yang cukup.
![]() |
Namun untuk penggunaan masker dari kertas dikatakan dr Agus tidak memiliki efek perlindungan maksimal. Hanya saja ini lebih baik daripada tidak menggunakan masker sama sekali. Tetapi khusus daerah Pekanbaru, ia menyarankan agar masker yang dipakai memiliki tingkat filtrasi sebesar 95-100 persen.
Baca juga: Paparan Kabut Asap Berpotensi Picu Penyakit Kronis Seperti Kanker Paru?
Di media sosial, keprihatinan terkait kondisi ini ditunjukkan lewat berbagai cara. Ada yang berfoto dengan ISPU atau berbagi foto ISPU yang mereka temui di jalan, menggunakan tagar seperti #saveriau, #prayforpekanbaru, dan #lawanasap, serta membuat meme bertemakan kabut asap. (lll/up)















































