Terkait hal tersebut Profesor Aaron Lukaszewski dari Oklahoma State University menemukan adanya kecenderungan seseorang untuk membentuk impresi kecocokan pemimpin dari bentuk tubuh. Pria yang tubuhnya berotot disebut lebih sering dianggap cocok untuk menjadi pemimpin.
Hal itu diketahui oleh Anderson setelah melakukan serangkaian eksperimen yang pada intinya meminta pendapat responden pria dan wanita terhadap foto-foto orang berotot (pria dan wanita). Eksperimen dilakukan berulang dengan eksperimen kedua mengganti wajah dari orang berotot dengan wajah dari orang lain yang sebetulnya badannya biasa saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah melihat foto, responden diberi pertanyaan seperti 'Apakah menurut Anda orang ini akan jadi pemimpin yang baik?' dan 'Kira-kira seberapa efektifkah orang ini menghadapi orang lain di grupnya?'
Hasilnya Anderson menemukan jawaban konsisten dari responden bahwa pria yang tubuhnya lebih berotot dianggap lebih cocok sebagai pemimpin. Namun reaksi yang sama tak diberikan pada foto-foto wanita berotot.
"Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian status terhadap pria tangguh kemungkinan diberikan untuk meningkatkan fungsi pro sosial. Untuk meningkatkan efektivitas kerja sama dalam kelompok," kata Lukaszewski seperti dikutip dari Medical Daily pada Senin (29/2/2016).
Dalam studi yang telah dipublikasi di Journal of Personality and Social Psychology ini peneliti menekankan bahwa impresi tapi tak serta merta membuat seseorang bisa berperan sebagai pemimpin yang baik. Pada akhirnya performa lah yang akan menunjukkan bahwa seseorang cocok sebagai pemimpin, bukan kekuatan fisiknya.
Baca juga: Kicauan di Media Sosial, Bisakah Jadi Penanda Adanya Gangguan Kejiwaan?
(fds/ajg)











































