Soal Penanganan Lansia, Korsel dan Jepang Duduki Peringkat Teratas

Soal Penanganan Lansia, Korsel dan Jepang Duduki Peringkat Teratas

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Kamis, 10 Mar 2016 18:03 WIB
Soal Penanganan Lansia, Korsel dan Jepang Duduki Peringkat Teratas
Foto: thinkstock
Jakarta - Dukungan pemerintah terhadap penanganan pasien alzheimer dan demensia sangat penting. Untuk hal ini, Indonesia bisa mencontoh Korea Selatan (Korsel) dan Jepang yang ditengarai terbaik di dunia.

Direktur Eksekutif Alzheimer's Disease International, Marc Wortmann, mengatakan Korea dan Jepang memiliki populasi masyarakat lanjut usia (lansia) yang cukup tinggi. Namun dengan program yang tepat, pasien penyakit alzheimer dan demensia dapat ditangani dengan baik.

"Kurang lebih 25 persen penduduk Jepang dan Korea merupakan masyarakat lansia. Saya melihat kedua negara ini memiliki program yang cukup baik karena dukungan tak hanya datang dari pemerintah, namun juga masyarakat," tutur Marc kepada wartawan, usai peluncuran buku strategi nasional penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia di Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (10/3/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Tak Sekadar Pikun, Demensia dan Alzheimer Tergolong Penyakit Berat

Dijelaskan Marc, berdasarkan kunjungannya ke dua negara tersebut, masyarakat lansia di Jepang dan Korea cukup bahagia dan sejahtera. Salah satu sebabnya, setiap daerah memiliki penanggung jawab lansia yang bertugas untuk mengawasi sekaligus menyediakan kebutuhan lansia.

"Jadi orang tersebut mengetahui alamat dokter terdekat dari rumah pasien, tahu kapan jadwal terapinya, bertugas membelikan obat pasien sehingga lansia tidak perlu melakukan pekerjaan tersebut seorang diri," tuturnya.

Program kedua adalah komunitas lansia. Program ini membuat lansia tinggal berdekatan dalam satu kompleks rumah. Selain mempermudah pengawasan, lansia juga dapat melakukan interaksi sosial dengan sebayanya.

Terkait apakah strategi nasional yang diluncurkan hari akan berdampak, Marc mengatakan tergantung bagaimana implementasinya di lapangan. Ia mengatakan tidak mudah melakukan suatu strategi nasional, apalagi bagi negara besar seperti Indonesia.

Sebagai contoh, Ingris sudah memiliki strategi nasional penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia sejak tahun 2009. Namun butuh waktu lama bagi masyarakat untuk memahami apa itu demensia dan apa yang harus dilakukan ketika anggota keluarga sudah menujukkan gejala-gejala.

"Intinya adalah fasilitas pelayanan kesehatan primer dan berbasis lingkungan tempat tinggal. Jadi tidak perlu pergi ke spesialis, dokter keluarga atau klinik dan puskesmas sudah mengetahui apa yang bisa dilakukan jika masyarakat di sekitarnya sudah menunjukkan gejala-gejala demensia," tutupnya.

Baca juga: Wah, Robot Ini Digadang Sebagai Caretaker Pasien Demensia di Masa Depan


(mrs/vit)

Berita Terkait